Monday, December 30, 2013

Dear Gerardi.

Malam ini aku tidak bisa terlelap lagi. Ini malam kesekian semenjak kehadiranmu digantikan dengan sosok lain di kehidupanku. Andro namanya, dia bukan orang Jawa sepertimu. Dia orang Sumatera campuran Sunda. Jauh berbeda dengan banyak sifatmu, hampir berlawanan. Aku sampai sulit menyesuaikan diri karena terbiasa dengan sifatmu. Andro adalah pilihan Ayah Ibu ku. Mereka yang menjodohkan kami. Kamu jangan cemburu! Tidak ada yang perlu kamu takutkan. Seperti katamu tempo hari, tidak ada yang lebih tahu tentang apa yang terbaik selain orang tua yang membesarkanmu. Baiklah untuk kali ini kamu boleh mematahkan pernyataanku bahwa yang terbaik hanya diri sendiri yang tahu. Kamu ingat kita menghabiskan hampir setengah hari untuk berdebat tentang hal ini dan tiga hari untuk ku tidak tersenyum tulus untuk mu karena kesal. Baiklah ini memang tentang prinsip hidup, mungkin ini juga yang membuat kita tidak akan pernah bersatu.

Iya aku dan kamu, kita berbeda prinsip. Lalu apa yang kita bisa pertahankan selama lebih dari lima tahun ini? Baiklah Ayah dan Ibu benar. Itu ego, ego kita masing-masing untuk saling menaruh kepercayaan di pundak satu sama lain untuk percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dan kenyataannya, ada banyak hal yang memang tidak mungkin seperti aku dan kamu bersama selamanya, itu tidak mungkin. Hanya ada sementara, bukan selamanya. Artinya sementara kita telah habis. Perjuangan kita untuk sebuah penyatuan sudah harus terhenti. Berhenti di beberapa pekan lalu. Setelah cukup lama kita sama-sama menaruh ego dan bukan kepercayaan di pundak masing-masing. Sementara kita, lima tahun kita, sudah harus tutup cerita. Kita sama-sama sudah tidak bisa berada pada akhir cerita yang sama. Mungkin memang begitu sebuah takdir dirancang untuk aku bukan bersamamu dan kamu bukan bersamaku.

Gerardi, terima kasih untuk lima tahun yang sudah kita rancang bersama di hari pertama kita saling menatap sebagai pemimpi. Mimpi itu indah, karena rasanya cukup lama aku tidak terbangun, lima tahun Gerardi. Sampaikan salamku pada Mama, katakan maaf aku tidak bisa berada disampingmu di hari bahagiamu nanti. Katakan maaf pada Papa, aku tidak bisa memeluk erat dirinya sebagai pemberi cucu pertama untuk keluarga mu. Berikan pelukan terhangat untuk Luna, katakan betapa aku ingin bersamanya di hari wisudanya, tapi aku tidak akan bisa. Gerardi, jangan lupa katakan pada Biba, untuk tidak mengikuti dan loncat kepangkuan orang yang kamu sayangi kelak, karena itu mengagetkan.

Gerardi, 11 hari lagi adalah hari yang Ayah dan Ibuku nantikan. Tapi 11 hari rasanya seperti esok. Malam ini aku masih terjaga, takut rasanya berada di pelaminan dengan orang yang baru saja aku kenal. Tapi kamu percaya bahwa Ayah Ibu tahu yang terbaik untuk anaknya, bukan? Aku berani taruhan, ketika kamu membaca ini, kamu akan menggigit bibir karena sudah mendebatku ketika itu. Gerardi, kamu hebat! Dan akan selalu begitu. Titip rinduku untuk mimpi kita. Boleh aku berdoa esok aku kembali di mimpi kita, bukan mimpi aku dan orang lain atau pun kamu dan orang lain. Boleh aku terus bermimpi?

Ini hanya cerita. Bukankah semua orang punya ceritanya?-@fadilamh

Thursday, December 19, 2013

Memory.

Some fragrances are surprisingly reminding you about the past. Completely past, whether its good and bad. If giving a ride could be have any differences of definition, then you should be not ask me to come with you. If going to movie could be made any others hurt, then you should be not watch in the same studio with me. And... If having you could be the hardest part of any others life, then I should be not here next to you. But... You true. Riding, watching and having you are not that bad. Because still... Smiling to you is as easy as see you pick me up. Laughing to you is as simple as sit beside you. And having you around is unpredictable thing.

Friday, December 13, 2013

Ada Hidup.

Ada beberapa pesan singkat yang tidak pernah terkirim Ada beberapa pikiran yang tidak jadi diungkapkan Ada beberapa panggilan yang terhenti tak diteruskkan Ya sama seperti ada beberapa hati yang tak terbalas
Hidup, kadang apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ya sejalan sama seperti manusia, kadang apa yang diucapkan tidak sesuai dengan apa yang dijalankan. Masih mau menuntut hidup tidak adil?
-@fadilamh

Wednesday, December 4, 2013

Random Thought.

Semua orang punya mimpi. Pasti punya. Tapi kadang masih ada yang kita lupa. Lupa untuk mengingat kalau setiap mimpi butuh perjuangan. Lupa kalo Tuhan kasih kita hidup panjang untuk berjuang. Iya berjuang meraih apa yang kita impikan. Masih bisa lupa? -@fadilamh

Monday, December 2, 2013

Losing..

Now I agree... Losing is when you late to say thank and sorry. Losing is that time on your watch stop for a while. Losing is the moment for you to flashback. Losing is suddenly tears fall down. Losing is you try to find someone to be blame. And ya... Losing is something that hard to accept.

Friday, November 29, 2013

Hujan.

Seperti hujan, beberapa perasaan hanya mengalir dalam diam begitu saja. Sama seperti rintiknya, beberapa kata memberitahu tanpa menjelaskan apa-apa. Sama seperti dinginnya, beberapa hal baik untuk tersimpan dibandingkan terlepas.
Kadang mengganggu memang. Tapi hujan tidak akan terus hujan, bukan? Ada panas yang akan menggantikannya.
Sama seperti kamu yang akan berganti dengan yang lainnya.
Jangan khawatir, ya?
Ditengah hujan kala itu.-@fadilamh

Saturday, November 23, 2013

Yogyakarta bertemu kembali.

Terkadang meninggalkan sesuatu tak selesai menjadi penyesalan, tapi kembali untuk mengulang dan memperbaiki bisa jadi bukan jalan.
Kalau ketika aku berjalan ke tempat-tempat yang pernah kita kunjungi, aku masih mengingatmu, bagaimana aku bisa melupakanmu?
Lalu, kalau ketika aku terpejam jauh dari hal-hal tentangmu, aku masih tetap mengingatmu, apakah aku benar-benar bisa melupakanmu?

Hari ini kunjungan entah ke sekian ku ke Yogyakarta, semacam fieldtrip mata kuliah. Rasanya aku ingin menolak dan hanya menghabiskan akhir pekan ku di kamar dengan buku bacaan baru atau sekedar dvd drama korea marathon, sudah lebih dari cukup. Tapi sayangnya kunjungan ini pun tak bisa aku hindari. Ah sialnya sial kamu serasa selalu ada mengikuti kemana pun aku berada.
Study tour Bali-Jogja lima tahun lalu. Kita saling menggenggam tangan di pinggir pantai Kuta, saling bertukar sapa dengan video cam dan tentunya bertukar tawa. Kemudian jalan Malioboro saat itu terasa padat, ada dua hal yang kita berdua janjikan bersama. Pertama, membeli gelang dengan ukiran nama kita, aku dengan namamu, kamu dengan namaku. Ukuran gelang yang kita beli jelas berbeda, rasanya tukang gelang harus memotong sekitar 4 atau 5 besi untuk gelang ukuran ku. Kedua, membeli baju Dagadu yang sama. Kita keliling Mall Malioboro karena mau membeli baju Dagadu yang asli. Dapat! Baju berwarna hitam bertuliskan United Ngayogyakarta dan ukuran yang juga sama jauh berbedanya, aku S, kamu XL. Senang sekali hari itu, sungguh, aku senang sekali.
Hari ini, aku memang tidak ke Bali. Tapi kembali ke Jogja untuk mengunjungi tempat-tempat yang sama kita kunjungi, sungguh benar-benar mengingatkan aku padamu. Candi Prambanan dan sekitarnya, mengingatkan aku untuk terus tak melepaskan genggamanmu karena saat itu aku hampir tersesat. Jalan-jalan di Malioboro mengingatkan aku bagaimana sulitnya kita menemukan tukang gelang yang sesuai dengan seleramu. Hari ini aku memakai baju hitam dengan tulisan United Ngayogyakarta. Bagaimana mungkin aku tidak mengingatmu? Alun-alun Kidul dengan dua pohon beringin, mengingatkan ku dengan becak yang kau sewa dari tukangnya dan coba kau kayuh untuk membawa ku keliling di sekitar alun-alun.
Hari ini aku ingat untuk tidak melepaskan genggamanku di Candi Prambanan dan sekitarnya. Aku ingat betul, aku tetap menggenggam tangannya, tapi bukan lagi tanganmu. Jalan-jalan di Malioboro tetap sama, hanya kali itu aku tidak berjalan bersamamu mencari tukang gelang yang pas, aku hanya berjalan-jalan untuk menemukan tempat makan, karena temanku sudah terlalu lapar. Temanku membelikan aku gelang setelah kami makan. Dia tahu akan susah mencari ukuranku, jadi dia memutuskan untuk membeli gelang rajutan tali, lebih mudah ditemukan katanya. Setelah itu, dia mengajakku untuk membeli baju Dagadu di Mall Malioboro, tapi aku bilang aku sudah punya cukup banyak baju dari Jogja. Dia memaksa, akhirnya kami membeli baju putih dengan tulisan Orang Jogja, bedanya kali ini ukuran ku S dan dia L, badannya lebih kurus darimu. Hari ini pula di alun-alun Kidul, aku tidak diantar keliling dengan becak yang kamu kayuh, hanya duduk manis dengan lengannya di pundak ku.
Berbeda dengan lima tahun lalu, hari ini aku berada dalam perjalanan pulang menuju Bogor, bukan Jakarta. Apa pun bisa terjadi. Seperti ketika hati ini mantap untuk pergi dan tak kembali kepada mu. Seperti ketika aku lebih mantap mengangguk dan menjawab iya untuk lelaki ku kini. Apa pun bisa terjadi. Bahkan di saat aku merasa sudah mantap, aku masih mengingatmu. Ah sudahlah. Seseorang tertidur lelap duduk di sampingku sekarang, sepertinya dia sangat lelah. Perjalanan dengan bus ini masih harus menempuh sekitar 5 jam lagi. Sebaiknya aku juga tertidur, sebelum seseorang di sampingku terbangun dan bertanya apa yang sedang ku tulis.
Aku membaca ulang apa yang aku tulis dan tersenyum. Kau tahu beberapa hal indah untuk dikenang, tapi bukan untuk kembali diulang.

Tak lama kemudian kamu kembali menghubungiku dan menghilang, bukan? Tenang tentang pria yang berada di posisimu hanya fiktif belaka. Karena tetap kam tidak akan tergantikan.-@fadilamh

Sunday, November 17, 2013

:)))

Selalu ada kata lupakan masa lalu di setiap ucapan selamat menempuh hidup baru! :))) -@fadilamh

Friday, November 15, 2013

Kereta pulang.

6:37:49 PM. Begitu waktu digital yang tertera di jam casio tipe lama yang cukup trend pada zamannya. Ah menunggu perubahan pada angka pertama di jam ku artinya harus menunggu perubahan angka 37 kembali ke 37 lagi dengan awal yang berubah dari 6 menjadi 7 dan detik yang entah angka berapa yang tepat. Satu jam, hanya satu jam. Tapi ada banyak perubahan yang mungkin terjadi dalam satu jam. Menunggu satu jam untuk tiba di stasiun selanjutnya dan kembali menghadapi cerita yang entahlah bisa dikatakan berulang pun terkadang berubah. Duduk di dalam kereta penghubung dalam kota di jam pulang kantor memang bukan pilihan yang paling tepat. Tapi sekalipun tidak tepat, aku harus kembali ke tempat aku membuka mata di pagi hari dan pergi untuk kembali mengulangi rutinitasku. Bisa dikatakan lelah memang. Pekerjaan seorang pelayan memang tidak pernah semudah yang orang bayangkan. Baik, namaku Ananda, aku perempuan berumur 19 tahun yang tidak mampu meneruskan sekolah dan berusaha mencari kerja untuk sekedar membayar listrik rumah kontrakan yang dihuni 4 orang, aku, ibu dan 2 orang adik ku. Ayahku? Ah sudahlah. 
Mari tidak membahas tentangnya. Aku punya mimpi, iya sama seperti kebanyakan orang, mimpi yang memulai segalanya. Dan usaha yang membawaku meraihnya. Aku seorang pelayan, iya pelayan, tadinya, beberapa tahun yang lalu. Sebentar lagi umurku menyentuh angka 26 dan sekarang aku sudah bukan lagi seorang pelayan yang diberikan perintah, pelayan yang dimintai tolong atau pun pelayan yang beberapa kali terkena lecehan hidung belang. Sekarang aku tidak lagi duduk di kereta dengan kelelahan, melainkan kegembiraan, karena rasanya sudah cukup lama aku tidak mendengar riuh gemuruh orang di stasiun, anak kecil menangis di ujung gerbong kereta atau pun beberapa orang yang tertinggal kereta dengan muka melas dan kesal. Iya sudah sekian lama semenjak aku berhasil meraih mimpi ku, sekarang aku seorang owner, bukan lagi waiter. Usaha ku untuk tetap terjaga saat malam membaca dan berlatih soal paket C dan terus kuliah mengambil gelar sarjana membuahkan hasil. Aku owner dari sebuah restoran dibilangan sentral Jakarta. Bukan karena aku bisa membelinya, bukan. Melainkan hadiah dari Tuhan yaitu keahlianku menarik orang untuk berinvestasi yang sangat aku syukuri hingga detik ini. Dua puluh enam tahun bukan umur yang muda lagi. Ibu ku pergi ke rumah Tuhan tahun lalu, ketika aku baru saja menyelesaikan sarjana ku. Ayah ku? Ah ayolah tidak usah kembali membahas dia. Kedua adik ku sekarang sedang berada pada jenjang sekolah menengah keduanya karena jarak umur mereka yang memang saling berdekatan. Aku? Umur ku 26 tahun, aku bisa menghasilkan uang ku, membiayai kedua adik ku, juga para pekerja ku, membahagiakan pelanggan restoran ku dengan sajian makanan yang memanjakan lidah, ah apalagi yang aku kurang untuk syukuri. Puji Tuhan, tak ada yang mengalahkan kuasa-Mu.

7:07:49 PM. Kembali ku lihat layar jam ku. Ya ya ya baiklah, iya memang ada yang kurang. Usiaku 26 tahun dan aku belum menikah. Baik lah aku mengaku kalah, memang ya memang belum lengkap rasanya. Bukan karena tidak mau menikah atau sekedar mencoba sebuah hubungan. Bukan jugaa karena tidak ada yang tertarik denganku. Siapa yang tidak tertarik, wanita yang baiklah aku memang tidak mengakui diri ku cantik, tapi beberapa orang berkata begitu, aku justru menganggap terkadang plin plan, tapi orang-orang melihat aku sosok yang di idamkan. Mungkin memang ada yang salah dengan penilaian mereka atau hanya sekedar penghibur makanya mereka berkata begitu, mungkin. Ada banyak yang mendekatiku, iya ada, mulai dari pelanggan, teman lama ku, beberapa rekan kerja ku dan bahkan satu dari beberapa investor ku mengaku jatuh cinta pada ku. Tapi apa bisa aku hanya memberikan hati ku cuma-cuma? Untuk siapa, orang yang bahkan tidak benar-benar mengenalku dengan baik. Oke baiklah aku memang tidak membuka diri. Tapi toh aku punya alasan yang logis. Well, cukup logis. Cerita cinta yang selalu aku dengar dari orang-orang disekitar ku hanya berujung sedih, pengkhianatan, duka, atau sejenisnya, termasuk cerita cinta dari ibu ku. Ibu terlalu tegar, dia memang tidak menceritakan bagaimana Ayah hanya pergi begitu saja untuk wanita lain, karena yang ibu ceritakan hanya bagian indahnya, mereka bertemu, jatuh cinta, jadi lah aku dan kedua adik ku. Di luar daripada itu, apa bisa hanya dikatakan berhenti jatuh cinta? Mana bisa dibilang cinta kalau ada tahapan dimana kau harus berhenti dan memulai cinta dengan orang lain. Tidak logis! Bodoh!

7:27:49 PM. 10 menit lagi aku tiba di stasiun tujuan ku. Masih tak ada yang merubah persepsi ku tentang cinta, jatuh cinta, atau pun jodoh. Entahlah masih banyak yang ingin aku bahagiakan dibandingkan hanya diriku sendiri. Hening. Aku lelah ingin terlelap saja.

7:35:49 PM. Baiklah mari lupakan, bersiap turun, kembali pada sebuah rumah dengan senyum dan tawa di dalamnya. Masih berputar lagu-lagu di ipod mini ku. Kali ini Don't Change - Musiq Soulchild yang menyambut kepulangan ku di stasiun Cikini.

7:37:15 PM. Pintu kereta terbuka. Masih sempat aku melemparkan pandanganku ke sekitar di dalam kereta.

7:37:49 PM. Pintu kereta kembali tertutup dan mulai bergerak meninggalkan stasiun Cikini ke arah selanjutnya.

7:38:10 PM. Aku masih terpaku di depan pintu kereta dan memandang arah yang sama, kembali meyakin kan diri bahwa benar apa yang aku lihat. Di ujung gerbong sana, seorang pembersih gerbong kereta berseragam sama seperti pembersih yang lainnya. Seseorang yang mirip betul dengan..... Ayahku.

Cerita yang kucoba tulis duduk manis dalam diam di kereta tujuan Bogor-Jakarta. -@fadilamh

Monday, October 7, 2013

Update.

Beberapa post belakangan ini, Fadila isinya serasa sedih ya? Hahaha. Duh, nggak kok. Kadang kalo hati lagi nggak enak lebih suka bikin cerita aneh yang sekaligus nggak ada ide lain. Kalo lagi hati enak juga belum tentu bisa sih. Oke intinya, kesibukan di tingkat akhir ini membuat gue sadar akan pentingnya kamu, kamu, kamu dan kalian semua akan pembekalan diri sendiri untuk menghadapi dunia kuliah, dosen, laptop, sisanya baru makan dan teman. Dan ya for real, it happens to me now. Sibuk banget sih nggak? Cuma lebih kok kayaknya malah jadi banyak banget hal yang harus diselesaiin ya? Well ya, welcome to the more closer to real world ya! -@fadilamh

Jarak.

"Bukan perasaan yang aneh lagi kini, sebuah jarak seharusnya tidak dijadikan alasan lagi. Sudah dari awalnya kita sama-sama tahu dan tetap sama-sama mau bukan? Kamu dan aku terbatas oleh jarak tapi bukan waktu." -seorang teman bercerita pada jendela berkaca di depan rumah singgahnya setiap pagi sebelum menjalani dunia. @fadilamh

Tuesday, October 1, 2013

Nanti mu.


'Yaudah ya nanti aku telepon lagi' adalah kalimat akhir pembicaraan yang selalu keluar dari bibirmu. Entah semacam kalimat sihir yang selalu tetap membuatku berpikir ya kamu akan menelepon ku kembali. Iya nanti, entah kapan. Nanti buatku adalah iya kamu akan selalu di sini dan tak pernah terganti. Tapi mungkin lain buatmu, nanti itu satu waktu di saat kamu membutuhkan aku, nanti itu ketika kamu mau bercerita tentang buruknya hidupmu, nanti itu saat aku menjadi pilihan terakhir jadi teman bicaramu, iya itu nantimu.

Kau tahu apa yang bodoh dari ceritaku? Aku bercerita tanpa ada yang tahu akhir dari ceritaku. Menggantung, iya selalu menggantung. -@fadilamh

Thursday, September 19, 2013

Ego.

Berhenti ketikan ku di sebuah paragraf yang mari kita perhatikan baik-baik. Apakah ada yang bisa mengartikan ceritanya? Membaca apa akhirnya? Kemudian mau dibawa kemana derita kisahnya? Ah. Bahkan aku hanya tak tahu. Kosong. Perjalanan menuju Semarang tak terlalu menggairahkan. Hanya pergi kemudian berbincang dengan waktu. Setelahnya terhenti, pulas dalam keheningan malam perjalanan kereta ekonomi Tawang Jaya. Berputar Absolutely Zero-Jason Mraz, ada yang dirindukan, ada. Siapa entah siapa. Rasanya ingat kembali, tak tersenyum untuk siapa pun yang memberikan senyum. Tapi aku tetap tersenyum. Ah, masalah klasik selalu terjadi. Bagaimana kalau kita sebut ego? Tapi ya memang tidak seperti ego. Ego pada siapa? Diri sendiri? Atau ego merusak hati orang lain masih lebih tinggi dari sekedar memperjuangkan hati orang yang tak pernah melihat berbalik? Ingin jungkir balik rasanya. Sudah aku berhenti. Sakit.

-Jakarta-Semarang kala malam. @fadilamh

Luka.

Kamu terluka, iya kamu terluka. Aku tahu. Tapi ada yang jauh lebih terluka melihat mu terluka, iya jauh lebih terluka. Dan itu aku.

Persiapan menuju Semarang malam ini. -@fadilamh

Monday, August 19, 2013

Sebuah cerita.

Cepat pulang, cepat kembali, jangan pergi lagi, firasat ku ingin kan kau tuk cepat pulang cepat kembali, jangan pergi lagi.
Lantunan lagu terdengar sayup di telinga ku, membuatku sekejap menerawang. Sebait lagu untuk, entah siapa. Beberapa hari lagi adalah hari pertunangan ku dengan pria yang aku idam-idamkan. Hitungan hari lagi status ku berubah menjadi tunangan orang. Dalam segenap hati di bilangan hari ini ada yang baru-baru ini saja timbul di hati. Entah apa namanya, mungkin khawatir, atau pun cemas, atau kah orang menyebutnya ragu? Entahlah, belakangan ini rasa takut sering menggerogoti. Belakangan ini entah bagaimana ada rasa mulai tak pasti antara meragukan dia, kami atau diri ku sendiri.
Curahan hati belakangan hari kemarin pun sampai di telinga Lastri, sahabat ku, "Aduh percaya deh sama aku, ya wong kalo mau kawin aja pasti ada resahnya, wedi inilah, wedi itulah. Kamu kan baru mau tunangan aja lho Din. Kamu ikhlas, apa pun sing terjadi, insyaAllah yang terbaik." aku masih diam. Ya, masih entah tak tahu apa yang di ragu.
Drrt... Drrt...
"Halo mas, iya aku tadi abis fitting kebaya ulang, kan yang kemarin masih kurang pas, kamu jadi ke Jakarta? Kamu hati-hati ya mas! Iya, insyaAllah. Wallaikumsalam" suara di ujung telepon berakhir. Masih enggan berpikir banyak, aku memutuskan untuk mengistirahatkan badan, pikiran dan hati, mungkin.

“Aku udah mau deket daerah apartemen mu nih, kamu masih di kantor? I’ll stay in lobby ya An.” Suara diujung telepon menghentakanku.
“Mmm.. mas Andra, will you stay a lil bit longer there? Atau mas Andra kemana dulu gitu, cari titipan mba Dini atau Bunda atau ke rumah temen mas Andra gitu, will you?” tanyaku.
“Loh kamu masih ada meeting or something gitu di kantor ya?”
“Mm.. Nggak sih, eh iya mas iya ada, masih ada yang harus aku selesaiin, gonna be late, is it ok?”
Ok then, I’ll come back again later. Susah deh adik satu-satunya udah mulai sibuk, cinta sama dunianya sih, mas nya udah nggak di cinta lagi.” Rajuk mas Andra di telepon membuat ku ingin segera memeluknya manja kemudian mencubit kedua pipinya.
I love you, mas!” klik.
And another phone call in, Bernard. “Dre, sudah selesai ngantornya? Mau aku jemput sekalian?”
“Hmm.. Nggak usah Ber, aku bawa mobil sendiri aja, kita meet up dimana? Lagian aku nggak bisa lama-lama nih, soalnya ada….”
Your boyfriend ya?” tanyanya memotong bicaraku.
Boyfriend for a lifetime sih lebih tepatnya, mas Andra, Ber”
“Oh ok, kalau yang satu itu aku nggak bisa ganggu gugat. Ok deh, you pick the place ya, text me if you’ve done, see you Dre!”
See you Ber!” Hal yang selalu aku sembunyikan dari mas Andra, Bernard Dharma, tidak ada yang salah sebenarnya dengannya. Hal yang salah adalah hubungan yang kami pernah jalin. Mas Andra tidak pernah setuju dan tidak akan pernah setuju dengan hubungan ku dan Bernard. Bagaimana tidak, aku dan Bernard berbeda keyakinan. Perbedaan mendasar yang akan selalu menjadi dinding tinggi menjulang dan terpanjang yang tak pernah bisa dihancurkan. Ah, berlebihan memang, tapi memang begitu jalan yang harus aku jalani. Sudah lama sebenarnya Bernard tak menghubungi ku, semenjak orang tuanya memutuskan Bernard untuk meneruskan kuliahnya di Belanda, ‘Ya akan lebih baik mendapat pendidikan di sana, dibandingkan di negara sendiri, Bernard juga akan belajar banyak untuk hidup mandiri. Jadi tante juga bisa tenang nanti kalo Bernard udah bisa apa-apa sendiri. Kamu kan jadi ikut senang nanti kan?’ perkataan tante Miranda seketika itu di bandara, terakhir kalinya aku melihat Bernard, sekaligus mengantar kepergiannya dengan status teman. Iya, teman. Aku kembali membenarkan posisi ku menyetir, melihat kaca spion, meyakinkan diri, bahwa tidak akan pernah terjadi lagi perasaan yang sama.

“Halo, iya Bunda, Andra udah di jalan lagi mau ke apartemen An nih, tadi abis beli kue-kue titipan Bunda. Iya Bunda, I’ll be fine, bunda kenapa sih? Kok kayaknya lagi khawatiran banget. Iya Bunda aku atau pun Adreani akan baik-baik aja kok. Bunda jangan lupa di minum vitaminnya ya. Salam buat Ayah, bilang jangan kecapean juga, Dini besok mau mampir ke rumah katanya. Iya Bunda, I love you too!
Klik. “Ah c’mon An where are you?”

“Kamu kapan balik lagi ke Belanda? Ada niat nerusin ngantor di Jakarta aja?” tanyaku.
“Belum tahu sih, bingung nih, Mami maunya aku ya nggak jauh-jauh dari dia di Jakarta aja. Tapi boss di Belanda masih nggak rela aku pergi, maklum kesayangan nih” candanya.
“Ih kesayangan om-om gitu ya?”
“Ih rese!” reflek Bernard memencet hidungku dan mencium keningku lama. Bagaimana tidak reflek menjauh, sudah hampir lima tahun, aku tidak pernah Bernard dan kembali bertemu, Bernard masih memperlakukan ku dengan sikap yang sama. Tuhan, jaga perasaan ku Tuhan.
“Kamu nggak cari bule Belanda aja di sana?” tanyaku mengalihkan pikiran dalam kecanggungan.
“Nggak lah, orang hatinya udah buat orang Indonesia sih.” Jawabnya santai, melirik ku.
“Ha.. Ha.. Ha.. Kamu nih ya! Eh di sana tinggal dimana? Asik nggak?”
“Kamu tuh ya, emang udah dari dulu nggak jago basa-basi apalagi ngalihin pembicaraan. Dre, don’t you know how much I miss you? I miss us, Dre.” Aku terdiam, hening, tak tahu harus menjawab apa, seperti agak sulit bernapas. “Setiap tahun aku selalu pulang Dre, aku pulang buat Mami, aku pulang juga buat kamu.” Kembali aku merasakan jantungku berhenti untuk sepersekian waktu dan aliran darah di kepala ku mulai melambat. “Yah tapi di setiap aku pulang, selalu ada yang nemenin dan ngajagain kamu kan? Gimana bisa aku datang gitu aja. Prinsip aku kan selalu nggak pernah mau masuk ke kehidupan orang yang sudah punya kehidupan lain, just because I don’t want to feel the same.” Bernard kembali memalingkan wajahnya ke arahku, menatap ku kembali dengan kedua matanya yang berwarna cokelat muda, mengenggam tanganku erat dan kembali mencium keningku lama. And I do is just using a fake smile and all on silent mode. “Dreani, will you be mine back? Once more be mine for my whole life time?”
“Ber, kita udah pernah bahas ini kan, aku cuma nggak pernah mau di antara kita mengkhianati prinsip kita masing-masing, aku….”
I’ve been thinking about this for a long time, Dre. Di Belanda aku nggak pernah bisa ngasih hati aku buat siapa-siapa. Di Indonesia, siapa sih yang ngehabisin waktu aku selama masa-masa high school dulu, kalo nggak cuma sama kamu. Do I have a choice? No, Dreani, big zero. Can we just through this and find the way together?”
Drrt… Drrt… Mas Andra is calling..
“Ber, I need to go now. Mas Andra is waiting for me, can we talk about this later? I’ll be in Bandung for this three days, mas Andra mau lamaran.”
Bernard membetulkan posisi duduk awalnya dan menarik lenganku kembali sebelum aku pergi, “Promise me, we will talk about this later, Dre?” aku mendekatkan wajahku ke telinganya. “Promise me, Ber!”

Tidak ada yang persis tahu bagaimana kejadian mengerikan itu terjadi. Sekitar pukul lima dini hari, mobil sedan hitam keluaran tiga tahun lalu mengalami kecelakaan. Sebuah bus menghantam keras bagian depan mobil yang berputar di jalan tol KM 49 menuju Bandung. Di duga ban mobil dari mobil tersebut pecah dan pengemudi tidak bisa mengendalikan mobil karena sedang berada pada kecepatan tinggi. Total korban jiwa adalah dua orang, berasal dari mobil sedan tersebut. Sedangkan 13 orang lainnya luka-luka berasal dari bus di belakangnya yang ikut tertabrak akibat supir yang ternyata mengantuk. Diketahui dari tanda pengenalnya, kedua korban ini adalah saudara kandung bernama Andra Prasetyo dan Adreani Prasetyo. Sekian berita dari kami. Sekilas warta pagi, kembali ke studio.

Menepati janjiku, hari ini aku datang mampir ke rumah mas Andra untuk menemui Bunda di rumah. Iya, menemui Bunda, menemaninya dalam duka dan air mata. Aku bahkan tidak bisa mengeluarkan air mata. Ada rasa gundah yang hari ini aku tahu jawabannya. Rasa khawatir akan keraguan yang ternyata ini artinya. Bukan, bukan ragu pada apa yang ada di depan, tapi ragu apakah aku akan bisa menjalankan kehidupanku yang baru, tanpa mas Andra? Kembali aku memeluk orang tua di depan ku yang sedang menunggu kehadiran dua jasad putra-putrinya. Iya, kedua hartanya yang paling berharga yang kini harus kembali lagi kepada yang telah menitipkannya. Bunda, Bunda adalah wanita yang paling kuat yang pernah aku kenal, Bunda adalah wanita yang terbaik karena telah melahirkan putra untuk mengisi hari-hariku beberapa tahun belakangan, walau tidak untuk beberapa tahun ke depan dan tidak untuk selamanya. Seketika itu pun air mata ku terjatuh, pecah dari bendungnya. “Dini, maafkan Bunda, tidak bisa memberikan putra Bunda kepadamu, karena Bunda sudah harus mengembalikannya.”

Hari ini tepat di hari aku berjanji akan menjawab pertanyaannya dan kembali membahasnya bersama. Bernard Dharma, maafkan aku. Kembali aku mengingkari janji ku. Dulu pernah aku sekali ingkar janji, bagaimana tidak, kau bodoh sekali mau menunggu ku usai sekolah, padahal sudah jelas aku sedang merajuk karena ada adik kelas yang centil mendekatimu. Bernard, maafkan aku. Ingkar janjiku kali ini bukan lagi hanya karena hal sepele waktu itu. Bernard, maafkan aku. Cepat pulang sana! Jangan terlalu lama memandangku begitu. Sudah hampir hujan, cepat pulang! Tidak ada yang tergubris karena tidak ada wujud si penggubris. Bernard tetap di sana, duduk di sana menghadap batu nisan bertuliskan namaku di atasnya. Bernard, maafkan aku.

Part 2 and the end. -@fadilamh

Sunday, August 18, 2013

A journey.

Sebuah perjalanan hidup, mari kita sebut itu perjalanan yang singkat. Perjalanan yang akan dilewati oleh semua insan. Perjalanan yang tak memandang kasta maupun tahta. Ini tentang sebuah perjalanan, memandang kehidupan dari arah berlawanan. Tanpa pernah tahu ujung dari kisahnya. Tanpa pernah mengenali apa yang terjadi, salah kah atau benar kah. Tanpa pernah mengatakan iya aku menemukan apa yang aku cari. Tidak ada yang tahu. Karena manusia, tidak banyak tahu apa yang mereka inginkan, maka tak tahu pun mereka apa yang akan di cari. Maka tidak akan pernah ada yang ditemukan.

Ah, aku terlalu bertele-tele sepertinya. Pagi ini aku terbangun, masih terasa pegalnya punggung dan beberapa bagian tubuhku akibat begadang semalam. Udara kota ini yang membangunkan ku sebenarnya, dingin menusuk. Langit masih gelap, suara ayam baru mulai terdengar dari ayam yang berada paling jauh sepertinya. Garut, aku tinggal di sini untuk beberapa minggu belakangan ini. Tugas mahasiswa kampus, turun desa atau mari kita sebut 'KKN' hingga banyak anak kecil yang datang menghampiri ketika kami tiba dan selalu memanggil kami 'Kaka N! Kaka N! Mau kemana?' Tanpa benar-benar menghafal nama kami satu per satu. Yah, kami pun juga begitu, tak mampu menghafal anak-anak di desa ini satu per satu. Aku lupa, aku selalu menyebut kami, tanpa tahu siapa kami itu. Kalau kata orang sunda, kami ada genep jami, enam orang maksudnya, aku, Cici, Lia, Bodi, Babang, Jo. Well, beberapa nama mereka ada yang seketika berubah panggilan, seperti Cici, dia Chineese, nama aslinya Helen, aku lebih suka memanggilnya Cici, lebih pas. Babang, aduh namanya Khoerul, namun emailnya adalah babang khoe, lebih mudah memanggil dia Babang, kan? Bodi, nama aslinya Sarah, kalau ini memang nama panggilannya Bodi, kurang tahu asal mu asalnya, hanya memanggilnya Bodi. Lia, ini memang nama aslinya, lebih sering memanggilnya Li, sudah cukup. Jo, ayolah nama aslinya sangat Indonesia, Jawa sekali maksudku, Sutarjo.

Sudah sekitar lima minggu kami tinggal di sini, di rumah Ibu Tati. Rumah yang kami tempati tergolong cukup nyaman. Desanya pun tak jauh dari jalan raya dan pusat keramaian. Dibandingkan dengan desa mahasiswa lainnya yang cukup menanjak ke arah Gunung Cikuray dan rumah tinggal yang sebagian memang apa adanya. Faktanya, ada baik ada buruknya, agak susah untuk kami menjangkau semua kampung yang ada di desa ini, total ada delapan kampung dan yang intens kami ikuti perkembangannya hanya sekitar setengahnya. Oleh karena itu, ada strategi yang kami lakukan, masuk melalui aparat-aparat desa langsung untuk menjalankan program. Dalam beberapa minggu ini sudah ada empat kegiatan dari enam rencana awal yang sudah kami laksanakan, diantaranya Sosialisasi Pembuatan Tepung Ubi kepada Ibu PKK, mengajar Pendidikan Lingkungan Hidup anak-anak SD, Sosialisasi Unit Pengolahan Zakat dan Koperasi serta beberapa kegiatan pendukung seperti Pemetaan Sawah, Pekarangan Terpadu dan Penyuluhan Organisme Pengganggu Tanaman yang masih sedang berjalan dan akan dilaksanakan segera.

Ada cerita tentang kami ketika melaksanakan pemetaan sawah. Seperti biasa, bangun di pagi hari, kami menuju daerah persawahan, mencari petani yang sedang bekerja atau sekedar bersantai, kemudian mulai menggunakan jurus wawancara dalam bahasa sunda kami yang.......seadanya. Dari enam orang, hanya Babang yang lancar berbahasa Sunda., sisanya senyum ketika yang diajak berbicara senyum, serius ketika ekspresinya serius, menjawab 'nggak lancar bahasa Sunda' ketika diajak atau sekedar ditanya dalam bahasa Sunda. 'Puten pak, kami ti Bogor, mau nanya-nanya' 'Iya neng' 'Bapak punten namina saha pak?' merasa tidak ada yang salah dengan bahasa Sunda campur, Bapak justru menghampiri, bertolak pinggang kemudian seperti merajuk dalam bahasa Sunda yang bahkan kami tak tahu apa artinya, hanya paham bahwa beliau....marah. Sialnya tidak ada Babang saat itu karena suatu alasan, well ya, all the things that we can do are just smile and say, 'Maaf pak, kami ke sini, mau belajar, kami mahasiswa pak' kemudian bapak berubah ekspresi dan berbalik tersenyum meminta maaf. Well, ada yang salah dengan cara penyampaian kami, mungkin. Pelajarannya adalah mari berbicara Indonesia saja :)))

Berdekatan dengan banyak orang di sini, masyarakat yang berbeda pola pikir, kebiasaan, dan cara, membuat ku belajar banyak dan banyak belajar. Belajar bahwa ada bagian lain dari negara ku sendiri, bagian sebelah lain yang beberapa punya kearifan lokal sendiri dan sebagian masih butuh bantuan untuk sebuah perubahan. Masih ada sepuluh hari lagi terhitung dari sekarang untuk kami tinggal dan menyelesaikan apa yang harus kami selesaikan di sini. Entah apa yang akan terjadi dalam sepuluh hari nanti, harapan kami adalah rasa rindu akan kota dan desa ini selalu akan ada kelak nanti kami pergi meninggalkan ini.

Satu hal yang lebih bukan dari hanya sekedar menghabiskan waktu di sini adalah aku mencoba untuk menghabiskan waktu, mengalihkan pikiran, meninggalkan sebentar, menjauhkan perasaan dari hal-hal sepele tentang hati dan perasaan. Terimakasih Tuhan untuk sebuah kesempatan ini. Terimakasih.

Di suatu pagi, putaran lagu playlist buatanmu, antah berantah, seperti kamu. -@fadilamh
Desa Sukarame, Garut, H - 10 hari kepulangan.

Thursday, August 15, 2013

Simpang.

Aku pernah berada di persimpangan, melangkah atau mundur selangkah. Aku pernah berada di persimpangan, jalan datar kemudian menanjak atau berkelok kemudian menurun. Aku pernah berada di persimpangan yang bahkan tak pernah aku tahu apa namanya. Aku pernah berada di persimpangan, enggan memilih untuk meneruskan tapi pun tak bisa berhenti di tengah jalan. Aku pernah berada di persimpangan, kamu pernah?
Catatan ponsel semalam tadi. -@fadilamh

Thursday, July 18, 2013

Sebuah cerita.

Ada yang hilang. Memang, ada yang hilang. Bukankah memang seharusnya begitu? Kembali aku menatap sorot mataku sendiri melalui pantulan kaca spion mobil ku. Ah kemacetan Ibu kota yang tak pernah ada habisnya. Seharusnya hari ini aku sudah menginjakkan kaki ku lebih pagi dari biasanya di tempat baru yang bisa di bilang calon kantor ku. Yap, masih dalam tahap magang selama tiga bulan ke depan, masa percobaan. Lucu sekali calon kantor ku ini, ada masa percobaan, makanya aku sebut masih calon kantor. Aku tersenyum kembali melihat rentetan mobil di depan dan belakangku. "Cring.." ada pesan masuk, tidak kenal nomornya, tapi pernah lihat, batinku.

Inbox: +6285287560xxx
Hi Dreani..

Kembali ku picingkan mata ku sembari mengingat nomor yang tertera di ponsel pintarku. "Tiiin.. Tiiiin.." klakson mobil di belakang ku cukup menghentak ku untuk kembali menatap jalan di depan. Memutar balik mobil ku di bilangan bundaran HI, berjalan lurus dan membelokannya ke dalam gedung yang ku sebut calon kantor ku. Aku menatap jam tangan ku, pukul 7.45, belum terlambat, pikir ku. Belum terlambat untuk berbelok ke toilet terlebih dahulu untuk membenarkan diri dan make up ku pagi ini. "Andreani, are you ready for this?" ucap ku melemparkan tanya kepada cermin di hadapan ku, kemudian menjawab dengan senyum.
...

"Halo Bun, I'm fine. Just kinda tired in the first day. But still spirit up for this! Bunda apa kabar?" tanya ku melalui telpon setiba di apartemen, tempat tinggal sementara ku di bilangan Jakarta Selatan. Hari ini benar-benar melelahkan, ada banyak hal kecil mendetail yang harus aku pelajari dan kerjakan.
"Iya Bunda baik kok, semua di sini baik. Dua minggu lagi mas mu ada lamaran, bisa pulang kan nak?"
"Ya ampun aku hampir aja lupa, siap, tapi aku baru bisa pulang H-1 Bun, nggak apa-apa? I'll try to be on time kok"
"Iya, kamu segera kabari mas mu ya, jangan bikin dia khawatir, sepertinya mas mu butuh teman cerita, maklum sudah akan mengganti status. Nanti kalo mas mu sudah buat orang lain khawatirnya, kamu toh nyariin kan?"
"Iya Bunda, I will, promise me!" aku tersenyum, mengingat bagaimana mas Andra begitu khawatir dengan keputusanku untuk mengambil pekerjaan di Jakarta, meninggalkan Bandung, kota kelahiran ku, begitu saja. Mas Andra, kakak kandung ku satu-satunya, sekaligus saudara kembar ku. Bagaimana tidak khawatir, dari kecil kami selalu berada di kota yang sama. Berpindah dari Jogjakarta ke kota Bandung pun tetap tak terpisahkan. Sampai akhirnya aku memiliki kesempatan melanjutkan kuliah ku juga di Bandung di satu Universitas yang sama tetap dengannya. Tapi cita-cita ku untuk bekerja di tempat calon kantor ku ini juga hal yang sangat aku inginkan, bergabung menjadi bagian dari tim internasional yang mengabdi untuk negara dan membantu yang lain.
...

"Halo selamat pagi mas Andraaaaa!" ucap ku dari ujung telpon.
"Halo, iya iya, pagi-pagi udah berisik deh" terdengar suara bangun tidur dari ujung lainnya.
"Aduh yang udah mau ganti status" goda ku.
"Kamu nih ya, kamu kapan pulang ke Bandung, nggak mau lihat aku pakein cincin di jari manis mba Dini?"
"Duh yang takut soulmate sehatinya nggak dateng, iya mas aku dateng kok tapi baru dateng H-1, nggak apa-apa ya?"
"Kok H-1 An? Sibuk banget ya? Aku jemput deh H-3 ya aku ke Jakarta"
"Eh.. Jangan mas!! Calon yang mau tunangan baik-baik aja di rumah, duduk yang manis, aku ke Bandung kok pasti, pinky promise!" jelas ku manja. Mas Andra, sahabat terbaik, pelengkap keluarga dan pengganti pacar. Kembali teringat pada beberapa kejadian di masa-masa labil ku dengan kehadiran orang-orang yang ingin menggantikan posisi mas Andra sebagai 'pacar'. 'Mana ada sih yang bisa ngengantiin mas Andra di hati aku? Mana ada sih yang bisa lebih romantis dari mas Andra? Mana ada sih yang bisa super galak dari mas Andra? Nggak ada mas, nggak ada.' Begitu ucap ku ketika pertama kalinya aku memutuskan untuk mempunyai pacar setelah sekian banyak penolakan yang aku lakukan, siapa lagi kalau bukan akibat hasutan mas Andra. Dan ya pertama kalinya aku memutuskan hal tersebut, terbuka pertama kalinya lah potensi terbesar untuk ku patah hati. Ah iya patah hati, tadinya aku ingin bercerita tentang hal ini.
"Iya yaudah, kamu ke sini sama Risan?" Ah!
"Mas, can we just not to talk about him again?" pinta ku.
"Loh kamu udahan sama Risan, An?"
"Aduh mas, kok tumben sih nggak peka"
"Kamu sibuk, jarang ketemu, mana tahu aku kamu gimana keadaannya sekarang. Aku ke Jakarta besok pagi, meet me up like very soon after your office hour, ok dear?" pernyataan dan pertanyaan seperti ini yang tidak pernah bisa aku bantah atau pun menolak.
"Well, no rejection are right in here, right?" Mas Andra, tak tahu bagaimana nanti ketika kamu benar-benar akan mengalihkan rasa khawatir mu untuk wanita lain, bukan aku, lagi.
....

"Cring..."
Inbox: +6285287560xxx
Dre, kamu apa kabar?

Nomor yang sama seperti tempo hari. Ah iya, aku belum menggubris pesan sapa waktu itu.
Sent: Me
Maaf, saya kenal kamu?

Inbox: +6285287560xxx
Bernard, Dre. Have you delete my number, huh?

Sent: Me
Still using this number? I thought you're not. Baru balik ke Indo? Dari kapan?

Inbox: +6285287560xxx
Ini minta nomor ini di aktifin lagi. Yap, about three months already here. Kamu dimana sekarang?

Sent: Me
Udah tiga bulan di sini, baru kasih tahu sekarang? Ck. Di Jakarta Ber.

Inbox: +6285287560xxx
Iya sorry, kemarin sibuk urus kepindahan. Di Jakarta? Can we meet for very soon? How about tonight?

Sent: Me
Well, I'm free for tonight, see you then!

Inbox: +6285287560xxx
Great, see you Dreani, I miss you.

Aku tersenyum menatap layar ponsel ku dan tersentak ingat ketika melihat update seseorang di akun sosialnya, 'On my way to Jakarta, weather be nice' mas Andra!! Oow I'm in trouble, yes I am, seperti memulai kembali masuk ke dalam dunia lama, sewaktu itu.
...
Subuh dini hari, part 1-@fadilamh

Friday, July 12, 2013

Obrolan

Kamu tidak perlu tahu kenapa dia meninggalkanmu. Tidak perlu lah! Satu hal yang pasti, kalau cinta itu memang ada, dia pasti memilih untuk bertahan, bukan pergi tanpa alasan. Setidaknya sekarang kamu tahu kalau dia tidak cinta atau mungkin tidak secinta seperti kelihatannya, ya kan?
Obrolan dengan seorang sahabat, seorang pembuat logika, terimakasih. -@fadilamh

Thursday, July 11, 2013

Last two July.

Bonn, Germany, July 2012, wheat field.
Garut, Indonesia, July 2013, rice field.
I just can say thank God :) -@fadilamh

Ditinggalkan.

'Ada apa?' Itu balasan yang tertera di ponsel layar putih kecil, ponsel tipe lama. Semalaman aku berangan, berpikir, bertanya, kemudian mencoba menyimpulkan. Mengingat kembali setiap titiknya, kembali memainkan memori, hanya takut ada yang terlewat, tak teringat, hati-hati ku susun puingnya, memori. Tak ada yang salah, tak ada yang terlewat, tak ada yang tertinggal. Karena sekarang yang ada dan tercipta adalah aku yang tertinggal, tak tahu salah dan tak mengerti apa yang terlewat. Rasanya sesak, sulit bernapas. Entah akibat dari kepulan asap dari benda disisipan jemariku ataukah memang begini rasanya sulit bernapas, entah karena apa. Aku memejamkan mata, mencoba untuk mengosongkan pikiran, memberi jeda pada memori dan membiarkan banyak hal untuk tahu dan menyadari satu hal, aku sekarang berada di titik ini. Di titik yang pernah aku buat untuk seseorang rasakan. Titik yang disebut ditinggalkan. Ah percayalah, aku tak selemah dan sesakit yang aku tuliskan. Percayalah, aku hanya sedang melewatinya sesaat. Percayalah, aku mungkin tidak benar-benar mengalaminya. Percayalah, aku selalu begitu. Tapi aku bukan peramal. Aku bukan madam Sahara. Aku bukan cenayang. Aku tidak pernah tahu apa yang kali ini sama seperti biasanya? Ataukah yang kali ini bisa aku sebut kamu, Karma? :)
-@fadilamh

Saturday, June 8, 2013

Selamat Ulang Tahun Yowan, 21th.

Selamat ulang tahun abang Yowansss!!!
(Courtesy: Ridhat's instagram.)
Happy 21st!
(Courtesy: Yowan's instagram.)
-@fadilamh

Pemikiran.

Pernah nggak lo buka mata di suatu pagi kemudian lo ragu dengan apa yang pernah lo yakini selama ini? Dan lo yakin sama satu hal lain di luar sana yang lo tau itu salah tapi ya lo cuma yakin.

Suatu pagi dengan pemikiran sendiri. -@fadilamh

Pemikiran.

Pernah takut ngambil keputusan nggak ndut? Pernah lah. Terus? Yaudah diambil, hidup nih ya jangan diambil ribet, kalo seneng ya senyum, kalo sedih ya ketawa. Terus? Ya ketawa lagi. Abis itu? Ketawa aja lagi. Hasilnya? Ya nggak ada sih, setidaknya menutupi lemah, menunjukkan kuatmu. Dulu gue gitu, tapi sekarang nggak. Kenapa nggak? Ya iya, dulu mana sempet tuh gue ada cerita pake sedih-sedihan segala, di depan sahabat sekali pun, nggak pake nangis juga kelar kok masalahnya. Lah sekarang udah pake tambahan air mata pun, gue masih takut ngambil keputusan, beres nggak, runyam iya.

Hanya bertukar pemikiran dengan seseorang yang ku panggil Gendut. -@fadilamh

Pemikiran.

Kamu pernah merasa tidak dipertahankan? Menyadari satu hal dari sekian lama, kalau iya kamu tidak pernah benar-benar diperjuangkan. Kamu memang bukan batu loncatan. Hanya saja sandaran untuk sekedar ada. Iya sekedar ada.
Kamu pernah merasa terlalu banyak berjuang? Meneliti keadaan dan tahu ya kamu terlalu banyak berkata maaf. Lebih sering mengalah dari biasanya. Mencoba hal lain yang tak seperti kamu biasanya agar keadaan tetap baik-baik saja seperti biasanya. Bertahan untuk tidak mengeluh dan tetap bertahan.
Tapi pernah kamu berpikir bahwa kamu ini juga manusia, banyak keinginannya dan dipersilahkan untuk mengeluh. Tapi berhenti dulu di situ. Kamu pernah berpikir akan sampai kapan terus bertahan untuk merasa tidak dipertahankan? Kamu manusia, akan selalu ada masanya. Mungkin setelah ini, kamu ingin berhenti.
Hanya suatu pemikiran yang bergelut dengan pemikiran lainnya di suatu pemikiran. -@fadilamh

Obrolan.

"Gue takut bego" kataku miris. "Kenapa takut bego?" suara diujung sana kembali membuat air mataku mmengalir. "Tuh kan! Gue kan udah bilang nggak suka dari dulu ditanyain kenapa" timpalku disela tangis. "Ya kamu udahan dong nangisnya, aku kan bingung jadinya. Kamu kenapa kamu kenapa kamu kenapa?" ledekan sederhana membuat aku tersenyum. "Iya ngerasa bego aja, ngerasa ngebegoin orang, ngerasaa dibegoin, ngerasa ngebegoin diri sendiri" aku menjawab. "Dil, orang ngerasa kayak gitu ada alasannya" tanggapnya. "Iya iya...." kembali cerita dilematis percintaan yang kulewati didengarnya. Kamu selalu menjadi tempat sampah terbaik yang aku punya. Kamu selalu bisa membuat aku nyaman. Kamu memang tidak selalu menyelesaikan masalahku, tapi setidaknya kamu ada, mendengar, membuat aku merasa dimengerti. Ah dimengerti, sulit diungkapkan terkait dengan hal itu. Bahkan dirimu sendiri pun sulit mengerti apa yang kamu mau, bukan? Aku masih menangis tersedu. "Kamu kenapa sih love life-nya ribet tau nggak, penuh dilema" komentarmu santai. "Ya siapa sih yang mau punya cerita penuh dilema mbem" aku kembali diam.

Obrolan bodoh dengan seorang teman yang pernah menjadi sahabat hati di suatu masa. -@fadilamh

Ikatan.

Semacam ikatan batin memang. Semalam aku menangis merasakan kembali sakit karena cinta, malam berikutnya kamu menghubungiku. Mencoba menghiburku, sekedar bertanya kabarku, bertukar cerita, kemudian kamu menghilang. Di malam setelahnya, kembali aku dihubungi, bukan dengan kamu, kamu yang lain, kamu menanyakan kapan aku ke Jakarta, kamu tidak banyak kata. Tapi aku tahu, kamu rindu dan khawatir, ah padahal aku sudah mulai baik-baik saja. Setelah malam itu, kamu juga menghilang. Hai kamu, kamu yang beberapa malam lalu membuat aku merasakan kembali sakit karena cinta! Sudah cukup, jangan ada lagi lain kali ya. Aku hanya tak ingin terusik kemudian tergoda dengan kamu-kamu yang lain, yang entah bagaimana bisa seketika hadir. Jangan lagi ya.

Tak seperti diharapkan. Ya memang, hanya merasa bersyukur untuk apapun yang terjadi. Terimakasih untuk kamu-kamu-kamu yang menjadi kalian kelak. -@fadilamh

Aku.

Karena menunggu sesuatu yang tak pasti itu, aku benci. -@fadilamh

Hilang.

Kita saling menggenggam, masih saling bertautan tak pernah mau melepaskan. Ada rasa hampa ketika harus menjauhi jiwa. Ada jiwa lepas ketika sadari bahwa kita itu tidak pernah ada. Iya, aku terbangun dan kamu sudah tak ada. Kembali hilang seperti biasanya.
-@fadilamh

Miris.

Kamu menghubungi saya lagi malam ini, setelah lama tak mendengar suaramu, itu indah. Saya hanya bisa tersenyum. Kamu bilang, kamu sedang berada di wilayah yang sama seperti tempat tinggal saya sekarang, Kota Hujan. Kembali saya hanya bisa tersenyum, miris. "Saya sedang tak di sana, saya di Ibukota" ibukota, tempat kami pertama kali berjumpa, saling menatap dan melemparkan senyum. "Ah! Kita memang tidak jodoh ya" memang, seraya membatin. Saya tidak kembali tersenyum, tawa saya pecah, "Ah kita ini memang tidak jodoh untuk hal-hal seperti ini ya" - itu kamu dan saya dari jauh.

Dari folder notes di ponsel pintar ketika itu -@fadilamh

Thursday, May 23, 2013

Percayalah.

Karena merasa yang paling benar tidak akan menyelesaikan masalah, mari saling mendengar apa yang di rasa, pilih kata yang tepat untuk saling mengungkapkan. Ada hal-hal yang biasa untukmu, tidak untuk orang lain. Ada hal-hal yang iya buatmu, tidak untuk sebagian orang. Tidak ada yang bisa mengatur sebagian orang, di satu bagian bernama hati. Percayalah, bergelut sendiri di satu bagian itu pun tidak mudah. Bukan berarti tidak bisa, hanya di rasa hidup ini memang bukan untuk diri sendiri. Ada hati yang tidak mau di sakiti, ada hati yang ingin di jaga keberadaannya. Percayalah, kamu akan tahu jawaban dari segala kebingungan mu sendiri. Mungkin memang belum kini. Tenang, masih ada nanti yang panjang. Kamu akan tahu cepat atau lambat. Percayalah.

Ini seorang sahabat berbicara untuk menenangkan dan sekedar membuat garis senyuman di wajah. -@fadilamh

Wednesday, May 22, 2013

My twenty years day.

Hello May 20th, 2013. Hello young age that not really young anymore. And yap! I'm 20 years old now. And ya thanks for all of you who made my day full of surprise, and my refrigerator full of cakes. Alhamdulillah, I do really feel blessed. Terimakasih keluargaku tercinta (Papa, Bunda, Fataya, Fathania, Aulia), terimakasih Komandan, terimakasih IAAS IPB gengs for made a suddenly special meeting, terimakasih geng kosan yang sudah membantu ka Prima, terimakasih untuk Copssss kalian yang terbaik, terimakasih 9erssss kalian keren walaupun gagal surprise (gue yang kurang jago acting ya hehe) dan terimakasih untuk orang-orang yang peduli dan mengingat tanggal ulang tahun saya, I just can't thankful enough for all of this. Terimakasih ya Allah.

Thank you Komandan for the super sweet surprise and the present :)
Geng surprise partner with Komandan nih. Muchas gracias! :*

Thank you cistel for made this hahaha kinda miss you :')

My 1st lil sister made me this, very cute and thank you ;)

My lovely copssss, martabak and you guys here are complete awesome.
Thanks!

Another cake, another surprise.

I love you 9ersss, even not in complete number,
thanks for made me a surprise that not really suprised hehe.
Thanks  classmates for 3 years in college :)))

Hello beauty, thank you! Junk food, night after birthday, and chit chat. Yeah!

Thanks ka Win, she is my senior in campus :)

Ka Fardiiiiiill, this is very touchful and I just love it! :)

My classmate, Teki, gave me this after announced in front of the class
that I'm birthday.Fiyuh. Thanks by the way :)))
 
I made 20 promise for my self on physics class.
But ya that's cute and sweet. And I wish I can do it.

-@fadilamh

Sunday, May 19, 2013

Untuk seorang teman.

Jadi sekarang lo putus sama Anda? Ini putus lo kedua dalam bulan ini dengan pria berbeda kan, Cla? Clara mengangguk. Entah apa yang dipikirkannya sekarang. Clara masih berada dalam garis ambang kebingungan, memilih berpura tak ada apa-apa atau menghadapi sebuah kehilangan. Aku pikir kamu akan benar-benar bisa bertahan sama Anda. Jangan balik lagi sama Dewa ya, ujarku. Aku terdiam, Clara pun. Bukan omelan dan pertanyaan lagi setelah ini yang perlu dilakukan, aku tahu. Bersiap posisi, junk food, snack angin, cokelat, soft drink, kamu dan aku, sofa, memasang kuping, mari mendengar. Tak ada yang lebih menenangkan dari sekedar didengar, tidak, tidak perlu berkomentar, hanya mendengar, bergumam "ya..oh..hmm..serius?..lanjut..abis itu.." bisa sangat membantu. Setelahnya, mari saling memeluk, aku tahu kamu bukan gadis sekuat itu, menangis lah, bahu ku siap menjadi sandaran kepalamu, baju ku siap untuk menjadi tissue dadakanmu, dan channel di TV ini akan selalu sedia menjadi backsound kegundahan dan tawa kita setelahnya. Jangan bodoh lagi ya! kemudian senyum ku.

Salam selalu dari bahu yang menopang beratnya kepalamu dan tak cukup sempurna untuk menyelesaikan masalah mu. Setidaknya mengurangi. -@fadilamh

Untuk seorang teman.

Banyak yang bilang gitu sih. Kembali kami bertemu dengan duduk saling menghadap, wajah saling menatap dan dikelilingi kepulan asap. Kau menghembuskan kembali napas dan membentuk sekumpulan lagi asap di depanku, kemudian hilang mengikuti arah angin. Masa sih, is it for real? Maksud gue, seumur hidup gue, gue tahu keberadaan cewek matre, but for real and live terjadi sama orang yang ada di deket gue, itu adalah...ah entahlah. Aneh! Ocehku. Hahaha, ini bukan pertama gue pacaran sama cewek kayak gitu, dulu juga pernah, tambahnya. Terussss? Sekarang terjebak di hal yang sama. Aduh classic you! godaku. Kami tertawa, menertawakan entah apa yang lucu, kembali ketidakberhasilan hubungannya dengan seorang wanita, tertawa karena ocehan-ocehan bodoh setelahnya, atau tertawa karena masih merasa beruntung selalu bisa hadir ketika yang membutuhkan butuh seseorang for talk to. Aku dengan jelas tak tahu. Oke, bakso, abis ini kita ke daerah Taman Kencana ya, ada ice cream goreng enak di sana, terus kita ke Malabar, coffee shop tongkrongan malam minggu, jelasnya. I'm stick on your plan, sir! Eh bentar-bentar, jadi, udah berapa lama lo malam mingguan selalu sama papan catur? Kembali tertawa pecah, kami, di suatu pertemuan, untuk menghibur, seorang teman, akan selalu ada.

Semudah, kamu ada, apapun masalahnya, hanya untuk sekedar ada, kamu membantu. -@fadilamh

Saturday, May 18, 2013

Berhenti kenyamanan.

Kamu kembali pada tabiatmu, berjalan pergi, hengkang sebentar, bersenang-senang dalam pencarian, kemudian kembali berbalik, kembali lagi. Kamu akan selalu begitu, mengulangi masalah yang sama, masih tak menemukan jalan keluar yang berbeda, masih di tempat yang sama.
Kamu selalu kembali pada apa yang membuatmu nyaman. Ah manusia! Aku, kamu, dia, mereka pun akan selalu begitu, senang berada di dalam kenyamanan. Tapi bukan hidup namanya. Kamu, aku, kita harus keluar dari zona nyaman, mari kita sebut kita sekarang ini adalah aku dan kamu. Ya aku dan kamu yang berpisah. Tidak ada selalu dan tidak ada kembali. Kamu tidak selalu kembali, lagi. Hanya berhenti di situ, iya cukup di situ.
-@fadilamh

Thursday, May 9, 2013

Menunggu.

Tadi malam aku tertidur tanpa sengaja kembali. Iya, benar kembali aku menunggumu dalam lelahku sepanjang hari. Ada suara menderu, ku kira itu berasal dari motormu, ah bukan. Satu.. dua.. tiga.. ada yang membuka pagar, ah ku sangka itu kamu, bukan. Aku kesal, entah harus kesal pada apa. Aku pakai saja headset di telingaku, aku pasang musik dengan volume full, agar aku tak terlalu berharap kalau-kalau itu kamu. Terbangun di pagi ini, ada hal yang aku sadar, kamu iya kamu tidak akan pernah tiba menghampiriku malam tadi, malam ini atau pun malam berikutnya. Kamu.. sudah tenang di alam sana kan? Maaf aku mengganggumu lagi, aku janji malam tadi adalah malam terakhir aku akan benar-benar menunggumu pulang. Ah, maaf air mataku menetes. Kamu.. iya aku rindu kamu. -@fadilamh

Monday, April 29, 2013

My weekend

Weekend in 2 weeks ago, I let my self trapped in my room with this: 


And this: !!!


Last week, I let my self spent the time with my Copsss. Well ya, Decung will go to Aussie tomorrow, yep! And I can't meet her tomorrow at the airport, I have a class :'(
Really, I will miss you so bad crunch!
Btw, last Sunday is a suddenly Copsss time. (Cesi, Yowan, Angga, Decung, Me, Pucli and Ridhat)


And how about last weekend? Actually, it's supposed to be my #LittleFarmer 3rd session, but something happened during the day. Well, it's because my team and me are not prepared well, so it will be held next Saturday :'|
Btw, I have published my #LittleFarmer activity in Koran Kampus IPB (my campus newspaper website).
This is #LittleFarmer logo and tagline. Made by my super cool creative kind friend, @agnisaa, you can check her blog also in here! http://www.agnisaa.com/


Even though, my activity's cancelled. Suddenly, I've got a phone call from Kokoh. Another volunteering team!!! But yeah, I do really enjoy it. There is a science comic company that held an event called Olimpiade Sains Kuark for elementary school in Bogor. My booth is called Sulap Sains (Science Magic). I did it with Wengky, a new friend, also from my college. I burn the money, make a tornado, let an egg enter a bottle and another cool magic affirmative. And this morning, ka Daniel (this volunteering coordinator) tweetpic this:
Hello we're in Media Indonesia :')


And the best moment from this weekend is I went home. Actually, my family picked me up in Bogor, ah they are trully really miss me that much ya hehe. Me and mom talked about everything untill 3am, well ya my Bunda, she just want to share and talk to me, she just want to be heard. And for me? A very pleasure to listen everything from her. My family, they are awesome! We are not perfect, definetely not, but an enough family is enough for me. Thank God, Alhamdulillah.

I captured this from my wallet a couple days ago. And I miss every moment that I've been passed. But a thing must learn is time go fast and will go on, using it wisely!-@fadilamh





Sunday, April 14, 2013

Presentation tips&tricks.

Hello. Bogor, rainy, evening. Hujan kembali :') Hari ini saya dan kelompok PKM-M, Little Farmer, kembali mengikuti kegiatan MONEV di tingkat IPB. Kami mendapatkan giliran presentasi pukul satu empat puluh di siang ini. Datanglah saya dan pacar (ok, he came this morning, like usual, suddenly appear, surprise, annoyed but lovely), ke ruang presentasi, Suri seketika membatalkan diri hadir, Daus masih berada di jalan sampai pada saat saya maju siap untuk presentasi, dia datang, in last minute. Presentasi kali ini not really well prepare, komentar dari pembimbing, tidak-tidak ada yang buruk, mereka secara keseluruhan mendukung. Hanya saja memang ada beberapa hal teknis yang saya rasa belum dipersiapkan. Dimulai dengan, no print out untuk log book (sejenis laporan per kegiatan), no laptop karena saya pikir akan disediakan, lucky me, bertemu Teki yang bersedia meminjamkan laptopnya, beberapa hal yang ada namun kurang dijelaskan, well ya my fault dan lain sebagainya.

Almamater ku, Institut Pertanian Bogor. Btw, that Harvard pen is from ka Ume, she just came back from Harvard for MUN last February. Thanks ka!

Today's presentation for Little Farmer me, Daus and lecturers. Captured by my bf, gracias! 

I just wanna remind my self and all of you for sure, well preparation before presentation is really needed.
Ada beberapa hal yang membuat saya merasa sukses dalam presentasi:
1. Watch out your outfit, hair and make up! Seriously, ini adalah hal yang penting. Pakailah atasan dan bawahan yang membuat Anda nyaman dan percaya diri, mind your shoes, jangan sampe karena pake wedges atau heels ngebuat kamu pegel dan kesandung. For hair, jangan biarkan rambut kamu keliatan lepek karena keringat atau acak-acakan karena kena angin pas naik ojek ke tempat presentasi. Make up, pilih yang simple dan mudah untuk di touch up, for me, eye liner, mascara, lip gloss, and powder are comfort enough.
2. Prepare your slide and practice! Pastinya menguasai materi itu penting banget. Buat slide jangan asal! Make an outline and point. Kaitannya adalah kalo kamu paham materi dan bisa menjelaskan slide yang hanya berbentuk point dengan jelas, then you are truly good on it! And practice. Kalo saya kadang lupa latihan, well yeah, omongannya ngalur ngidul kemana-mana. Tapi kalo udah latihan pasti kira-kira nyangkut sama batasan apa aja yang harus di omongin nantinya.
3. Confidence! No matter what, you can stand in front of the audiences is because you can and capable on it. So, break a leg!
4. How about Q & A session? Nggak usah khawatir, salah satu trik yang sering saya gunakan adalah jawab apa yang Anda tahu, pandang matanya, senyum ke arahnya, dan anggukan kepala Anda untuk meyakinkan, maka penanya akan ikut mengiyakan. Some of my experiences taught me so hihi ;;)
4. Selamat mencoba tips&tricks presentasi berdasarkan pengalaman saya! -@fadilamh

Saturday night Midori.

Hello. Sunday 1:22AM. Ujian tengah semester saya selesai di hari Sabtu. Dilanjutkan dengan sosialisasi TRI-U (is symposium and conference, this year will be held in Japan), kemudian guling-guling di kosan. Sampai akhirnya Mui ngajakin main :") fiyuh, saya kira dia pergi malam minggu sama pacarnya, karena Oni begitu. Namun, pada akhirnya kami bertemu juga, ujung-ujungnya malam minggu bersama. Dimulai dengan saya dan Mui yang seketika ngidam makan di Midori, Japanese restaurant, Bogor. Dan beradalah kami di sini. Kenalin ini namanya Mui, temen kosan sebelah kiri kamar, temen satu jurusan mayor sekaligus minor, statusnya taken by aa hihi :')


 Alasan utama ke Midori adalah suddenly kangen Jepang hehe. Ditambah pagi ini ada sosialisasi berbau Jepang dan kangen makanannyaaaaa. Alhasil pesenlah Udon, slruuupppp.


Di Midori yang wajib dicoba itu Matcha ice cream sama sushi-sushi, enak, dijamin! Untuk harga, selera sih, rate 30-70ribu untuk satu kali makan, satu orang. Tempatnya cukup nyaman, tapi lagi ada beberapa renovasi jadi masih ada yang tiang semen hehe. But quiet good enough buat yang sama keluarga, sahabat, pacar, gebetan, HTS-an juga #eh :)))
Hmm, keki banget pas tadi lagi makan, ada pak dosen sama istrinya lagi makan. Mau gerak-gerak heboh juga nggak enak, mau pura-pura nggak kenal, bukan saya sekali. Finally, pas kita bangun dari sofa, pak dosen nengok daaaaan engeh itu saya dan manggil nama, ya mau nggak mau salaman dulu. Ditawarin nambah, tapi gengsi tetap lebih besar dari keinginan hehe. Romantis malam minggu jalan berdua, makan di sini, berdua aja, nggak sama anaknya, iya anaknya temen saya juga padahal.
Dan untuk penutupan malam ini, akhirnya saya, Mui, Oni dan pacarnya, Ejanul (Eja goyang inul), kembali bertemu, berhenti di daerah Taman Kencana, Bogor, ada cafe baru yang ternyata masih buka, aduh rada lupa namanya, ada live music, yang ternyata adalah band yang sering nyanyi di kereta, ah they're so cool! Suaranya bikin jatuh hati. :')
Setelah beres malam ini, pelajaran selanjutnya adalah .... makan ya secukupnya. Perutnya udah penuh sekali. Besok siang, siang ini maksudnya, masih ada kegiatan Monev di IPB, dan masih belum mengantuk, slide pun belum selesai, apa daya. Btw, hari ini nonton Chibi Maruko chan versi manusia, ah ceritanya sedih, lucu, senang, macem-macem, bikin nangis melulu. Recommended! -@fadilamh