Malam ini aku tidak bisa terlelap lagi. Ini malam kesekian semenjak kehadiranmu digantikan dengan sosok lain di kehidupanku. Andro namanya, dia bukan orang Jawa sepertimu. Dia orang Sumatera campuran Sunda. Jauh berbeda dengan banyak sifatmu, hampir berlawanan. Aku sampai sulit menyesuaikan diri karena terbiasa dengan sifatmu. Andro adalah pilihan Ayah Ibu ku. Mereka yang menjodohkan kami. Kamu jangan cemburu! Tidak ada yang perlu kamu takutkan. Seperti katamu tempo hari, tidak ada yang lebih tahu tentang apa yang terbaik selain orang tua yang membesarkanmu. Baiklah untuk kali ini kamu boleh mematahkan pernyataanku bahwa yang terbaik hanya diri sendiri yang tahu. Kamu ingat kita menghabiskan hampir setengah hari untuk berdebat tentang hal ini dan tiga hari untuk ku tidak tersenyum tulus untuk mu karena kesal. Baiklah ini memang tentang prinsip hidup, mungkin ini juga yang membuat kita tidak akan pernah bersatu.
Iya aku dan kamu, kita berbeda prinsip. Lalu apa yang kita bisa pertahankan selama lebih dari lima tahun ini? Baiklah Ayah dan Ibu benar. Itu ego, ego kita masing-masing untuk saling menaruh kepercayaan di pundak satu sama lain untuk percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dan kenyataannya, ada banyak hal yang memang tidak mungkin seperti aku dan kamu bersama selamanya, itu tidak mungkin. Hanya ada sementara, bukan selamanya. Artinya sementara kita telah habis. Perjuangan kita untuk sebuah penyatuan sudah harus terhenti. Berhenti di beberapa pekan lalu. Setelah cukup lama kita sama-sama menaruh ego dan bukan kepercayaan di pundak masing-masing. Sementara kita, lima tahun kita, sudah harus tutup cerita. Kita sama-sama sudah tidak bisa berada pada akhir cerita yang sama. Mungkin memang begitu sebuah takdir dirancang untuk aku bukan bersamamu dan kamu bukan bersamaku.
Gerardi, terima kasih untuk lima tahun yang sudah kita rancang bersama di hari pertama kita saling menatap sebagai pemimpi. Mimpi itu indah, karena rasanya cukup lama aku tidak terbangun, lima tahun Gerardi. Sampaikan salamku pada Mama, katakan maaf aku tidak bisa berada disampingmu di hari bahagiamu nanti. Katakan maaf pada Papa, aku tidak bisa memeluk erat dirinya sebagai pemberi cucu pertama untuk keluarga mu. Berikan pelukan terhangat untuk Luna, katakan betapa aku ingin bersamanya di hari wisudanya, tapi aku tidak akan bisa. Gerardi, jangan lupa katakan pada Biba, untuk tidak mengikuti dan loncat kepangkuan orang yang kamu sayangi kelak, karena itu mengagetkan.
Gerardi, 11 hari lagi adalah hari yang Ayah dan Ibuku nantikan. Tapi 11 hari rasanya seperti esok. Malam ini aku masih terjaga, takut rasanya berada di pelaminan dengan orang yang baru saja aku kenal. Tapi kamu percaya bahwa Ayah Ibu tahu yang terbaik untuk anaknya, bukan? Aku berani taruhan, ketika kamu membaca ini, kamu akan menggigit bibir karena sudah mendebatku ketika itu. Gerardi, kamu hebat! Dan akan selalu begitu. Titip rinduku untuk mimpi kita. Boleh aku berdoa esok aku kembali di mimpi kita, bukan mimpi aku dan orang lain atau pun kamu dan orang lain. Boleh aku terus bermimpi?
Ini hanya cerita. Bukankah semua orang punya ceritanya?-@fadilamh
No comments:
Post a Comment