Friday, August 27, 2010

Freedom

BAB 1
commence un nouveau chapitre

“Kalau kamu di suruh main drama, kamu mau milih jadi siapa?”
Pertanyaan mudah tapi punya kesan hebat di sini (di hatiku). Dean yang bertanya, hanya itu yang bisa ku ingat dari semua kehidupanku, yang dapat di kategorikan menyenangkan dan hampir sempurna sebenarnya. Dean, orang yang selalu ada disisiku, bahkan sejak aku lahir di dunia ini. Seseorang yang tak kan aku lupa senyumnya. Matanya yang tenang, bibirnya yang tipis, bahkan dia punya wajah nyaris sempurna. Dia suka warna putih. Dia suka bersih. Dia benci menunggu. Dia baik, tak pernah marah dan aku suka hampir di semua gerak-geriknya.
Tapi, sekarang senyumnya hilang, matanya sudah menutup rapa-rapat, bibirnya sudah tak bisa mengeluarkan suara, wajahnya sudah tak nyata. Kehadirannya sudah tak bisa di rasakan lagi. Dean Putra Sanjaya. Aku selalu suka dengan namanya, karana hampir sama dengan namaku. Deasa Putri Sanjaya.
Aku rindu memanggilnya ”Ka Dean!” lalu berlari mengejarnya. Aku rindu main petak-umpat dengannya. Karena pada akhirnya, aku selalu kalah dan dia mulai menggelitik perutku sampai aku kebelet buang air kecil nantinya.
Setelah itu aku akan teriak ”Bundaaaaaa, ka Dean nih!”. Lalu aku berpura-pura marah.

Tapi ka Dean nggak tau kalo aku cuma pura-pura aja setiap aku marah. Dan pada akhirnya dia selalu minta maaf dan ngasih aku cokelat. Sampai-sampai cokelatnya menumpuk di toples kamarku yang warnanya putih ada gambar ka Dean nya. Ka Dean ngelarang aku makan cokelat tapi dia selalu ngasih aku cokelat. Jadi, biar dia nggak marah, ya aku turutin.
Aku selalu ingat kegiatan apa saja yang selalu kami lewati bersama. Aku juga ingat kegiatan terakhir yang memang tak kan pernah aku lupakan. Karena sejak hari itu, hari yang seharusnya paling aku nantikan di sepanjang tahun, aku kehilangan seseorang yang bahkan tak pernah meninggalkan aku selangkah pun. Aku bahkan tak mengerti kenapa ka Dean harus di larikan ke rumah sakit saat itu. Padahal dia cuma batuk dan keluar darah sedikit. Biasanya ka Dean akan bilang ”Nggak apa-apa kok, yuk kita main lagi!” dan aku tahu saat ka Dean berkata seperti itu artinya memang dia tak apa-apa. Aku percaya ka Dean pria yang kuat.
Tapi saat itu berbeda. Bunda bilang aku harus menunggu di luar ruangan bersamanya. Dan karena aku bosan menunggu, aku mulai mengeja bacaan yang ada di sekitarku. Termasuk ruangan tempat ka Dean berada. ”U-G-D..Itu artinya apa Bunda?” tapi bunda tidak menjawab apa-apa. Aku bertanya lagi ”Bunda, itu artinya apa?” aku tetap tidak bisa mendengar suaranya, Bunda sedang menunduk dan aku tidak bisa melihat wajahnya. Akhirnya aku berjongkok di lantai agar aku bisa melihat wajahnya. Dia menangis. Bunda menangis.
”Bunda, kenapa nangis? Bunda sakit ya? Bunda tadi abis jatuh ya? Dimana? Sini aku tiupin lukanya!”
Tapi tak ada jawaban. Bunda tetap menangis, dia hanya merubah posisinya dan memeluk ku. Akhirnya aku diam saja. Aku tahu mungkin saat itu Bunda hanya ingin di peluk lalu lukanya akan sembuh.

...
Aku membuka mata dan aku sadar aku berada di kamar ku. Kamar ku indah, semuanya serba berwarma putih. Mulai dari sprei, gorden, cat, lantai, lemari dan semua pernak-perniknya. Ini ka Dean yang mendekorasi. ”Supaya tetep ceria di setiap saat kamu bangun tidur dan mau tidur, rapi dan bersih, bagus kan?” aku langsung mengangguk setuju. Itu pernyataan yang bisa aku ingat sampai saat ini beserta senyumannya. Dan ka Dean benar, aku selalu tersenyum ketika aku bangun tidur dan ingin tertidur, tapi bukan karena warnanya. Karena aku tau ka Dean yang mendekornya.
Aku mencari ka Dean di kamarnya yang tepat berada di samping kamarku. Tapi ka Dean tidak ada. Di kamar mandi pun tidak ada. Biasanya ka Dean sudah membangunkan aku di pagi-pagi seperti ini. ”Bunda, ka Dean dimana?” Aku berjalan mendekati Bunda. Mata Bunda terlihat redup, mukanya pucat, tapi dia tetap berusaha untuk tersenyum kepadaku.
”Halo sayang! Sudah bangun? Mau ikut Bunda ke rumah sakit?” Bunda bertanya manis sekali. Aku lupa ka Dean masih berada di sana. Ini sudah hari kesebelas ka Dean di rumah sakit.
”Kita ngapain ke rumah sakit lagi Bunda?”
”Ka Dean kan masih di sana, lagi ada ka Cica juga di sana” ka Cica, aku selalu kesal kalau mendengar nama itu. Karena setiap ka Cica ada sama ka Dean, aku selalu saja di cuekin. Terkadang ka Dean pergi tanpa bilang-bilang . Pokoknya waktu itu aku sebel sama ka Cica.
”Ngapain ka Cica ada juga?” tanyaku ketus.
”Ya kan jengukin, ka Dean kan sakit, sayang”
”Ah aku nggak mau ah, ka Cica suruh pulang dulu”
”Kok gitu, ka Dean nungguin kamu lho sayang!”
...
Aku nggak mau mengecewakan ka Dean, akhirnya aku ikut juga ke rumah sakit. Untungnya ka Cica sudah pulang. Jadi, aku senang. Muka ka Dean pucat sekali. Bahkan ka Dean terlihat lemas dan lunglai. Matanya juga tak bersinar seperti biasanya. Tapi, senyumnya tetap seindah dan semenyenangkan bisanya. Aku datang dan mencium pipi kanan ka Dean, dingin. Biasanya dia yang akan melakukan hal itu, tapi aku tau dia lagi sakit. Jadi, aku memaklumi saja. Usia kami berbeda 12 tahun. Ka Dean, 18 tahun, waktu itu. Aku masih berumur 6 tahun. Tapi, aku masih bisa mangingat semuanya. Secara detail, kata Bunda daya ingat ku memang hebat sejak kecil.
Ka Dean, memanggilku, setelah dia ngobrol lama sama Bunda. Tapi suaranya sudah mulai hilang. Ka Dean sulit berbicara. Tadinya aku nggak mau paksa, tapi aku juga ingin mendengar suaranya. Sebenarnya, waktu Bunda bilang aku main dulu di sana. Aku dengar apa yang mereka omongin. Tapi nggak banyak.
“Dean, kamu harus kuat, kamu nggak boleh ninggalin Bunda” Bunda berbicara sambil terisak.
“Aku tahu, Bunda pasti bisa. Bunda, harus jaga Deasa baik-baik. Kaya Bunda jaga aku. Walaupun Deasa…..” Lalu aku tak mendengar lagi karena cleaning service yang lewat dengan dorongannya, berisik sekali. Sampai tiba-tiba ka Dean memanggil ku.
”Kamu harus jagain Bunda ya! Jangan jadi anak nakal, jangan suka makan cokelat!”
Ka Dean manis sekali senyumnya. Masih selalu terekam di benak ku senyum terindahnya. Aku tahu ka Dean nggak akan kemana-mana. Karena ka Dean pernah bilang ”Aku kan bisa liat kamu kalo lagi dimana aja lhooo!”. Aku tahu, ka Dean nggak akan takut aku jadi anak nakal. Karena ka Dean pernah bilang ”Kamu kan anak baik, jadi ka Dean sayang”. Aku tahu, ka Dean nggak bakal khawatir kalo aku makan cokelat, karena aku selalu menyimpan cokelatnya di toples kesayangan ku di kamar. Dan ka Dean tahu semua itu. Jadi, aku nggak perlu khawatir. Iya kan?
Bunda terus saja menangis, sambil merangkul aku. Tangan nya gemetaran, genggamannya di tangan ka Dean kuat sekali. Ka Dean mulai batuk-batuk lagi. ”Sesak lagi, Bun” Ka Dean berkata sambil memegang dadanya dengan tangan satunya lagi. wajah ka Dean kasihan, kesakitan. Tapi, aku tak tahu harus berbuat apa. Bunda melepaskan rangkulan tangannya di pundakku. Tapi tidak melepas genggaman tangannya di tangan ka Dean. Tangan Bunda terus memencet tombol panggil darurat yang ada di sebelah ka Dean. Tak lama setelah itu, ada dua orang suster dan satu orang dokter yang menangani. Suster itu cantik, dia meminta kami menunggu di luar. Aku kesal sama suster itu. Dia pasti pengen deket-deket ka Dean deh, makanya nyuruh aku sama Bunda keluar dari ruangan.
Bunda menangis lagi, wajahnya sendu sekali. Seperti wajah ku apabila ka Dean ingin pergi sama ka Cica. Aku takut ka Dean nggak balik lagi. Dan wajah Bunda terlihat seperti itu. Aku memeluk Bunda, mungkin aku bisa membuatnya berhenti menangis seperti waktu itu. Tapi ternyata tidak, Bunda memang tersenyum kepadaku, lembut sekali tatapannya. Tapi, Bunda tetap menangis. Dan terus menangis. Aku melihat tangan Bunda gemetar lagi. Kami menunggu selama kurang lebih satu jam. Aku tak tahu, karena aku tertidur di kursi tunggu rumah sakit. Dan ketika aku bangun, aku melihat Bunda sedang berjalan menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan ka Dean. Raut wajah dokter itu menyedihkan, seperti yang sering aku lihat di TV. Tapi aku yakin, ini berbeda, karena kalo di TV pasiennya akan meninggal. Dan nggak mungkin ka Dean meninggal kan?
”Pasti dia lagi sama suster cantik itu deh!” ini lah yang ada di benakku saat itu.
Dokter itu menggeleng dan seperti meminta maaf kepada Bunda. Bunda langsung bergegas ke dalam ruangan sambil berlari kecil. Aku tak tahu harus berbuat apa. Dokter itu menghampiri ku, dan sedikit menunduk, karena dia terlalu tinggi.
“Kamu harus kuat ya adik kecil, nggak boleh sedih” lalu dia pergi setelah menepuk pundak ku dan mengacak-acak rambut ku. Aku hanya diam dan tidak mengubris perkataan dokter itu. Kata ka Dean kita nggak boleh ngeladenin orang yang nggak di kenal, aku kan nggak kenal sama dokter itu.
Aku melihat suster mendorong tempat tidur ka Dean keluar dari ruangan. Muka ka Dean di tutup dengan kain putih. Aku ingin langsung bilang kalau nanti ka Dean akan sulit bernapas. Tapi mereka berjalan terlalu cepat. Aku jadi tidak bisa mengejar. Mereka menyebalkan sekali pikirku. Mereka sudah ada dalam ruangan dengan ka Dean dan sekarang ingin membawanya pergi. Aku cepat-cepat mencari Bunda dan ingin mengadu. Tapi Bunda sepertinya tidak keberatan ka Dean di bawa pergi oleh suster itu. Dan itulah saat terakhir aku melihatnya.
Dean Putra Sanjaya
My Lovely Brother
You will be never changed in my heart
Cause I know, you’ll do like what I do, right?
... 
Sekarang yang aku tahu, aku harus mencoba berdiri sendiri. Aku tidak boleh goyah, aku tahu ka Dean pasti sedang memperhatikan aku di sana. Di surga. Aku yakin sekali. Dia tidak mau pergi meninggalkan aku. Bahkan di setiap langkah ku. Ka Dean bilang aku harus jagain Bunda. Aku tahu itu pasti adalah misi yang sengaja di buat olehnya. Supaya Bunda nggak kenapa-napa. Tapi, aku juga tahu kalo semua manusia tidak ada yang sempurna. Dan aku tahu bagaimana cara agar ka Dean selalu percaya sama aku sampai kapan pun. Aku tidak akan pernah menjadi diri ku sendiri sampai aku benar-benar siap untuk membuat ka Dean kecewa nantinya kepada diri ku sebagai diri ku sendiri. Dan benar di tahun ini, seperti keinginan ku di akhir tahun, aku akan menjadi diriku. Di umurku yang ke 18 tahun ini, aku akan menjadi diri ku sendiri, bermain peran sebagai Deasa Putri Sanjaya. Gadis kecil berumur 6 tahun yang kehilangan kakak tersayangnya yang kini sudah menjadi gadis berumur 18tahun.
”Tahun ini adalah tepat 12 tahun aku kehilangan ka Dean, hari yang seharusnya menjadi hari yang indah, karena hari ini hari ulang tahunku” aku berbicara dalam hati dan tersenyum. Karena aku tahu di antara keramaian, ada kehadiran ka Dean di sana.
Dan disinilah aku, di perjalanan menuju kota pelajar setelah liburan panjang tahun baru. Semilir angin yang masuk melalui sela-sela jendela kereta menerpa wajahku. Aku rindu sekali seseorang yang aku tahu tidak akan pernah bisa di harapkan kehadirannya. Tapi aku tahu, seseorang itu pasti sedang senang sekali karena sekarang aku berada di tempat yang selalu di inginkannya. Yogyakarta.
”Ka Dean, aku kangen kamu!” aku berbisik. Dan mulai memejamkan mata sambil mendengar alunan lagu  yang selalu ka Dean nyanyikan untuk ku sebelum aku tidur.
Big Big Girl- Emilia
I’m big big girl
In a big big world
It’s not a big big thing if you leave me

But I do do feel that
I do do will miss you much
Miss you much
…… 
sériés...

Sunday, August 22, 2010

Freedom


PROLOG
 expérience est que vous


31 Desember 2009. Hari dan tanggal yang sejujurnya tak mau aku nantikan kedatangannya. Di penghujung tahun yang artinya akan ada tahun baru, akan ada hari yang berbeda dengan suasana hati yang berbeda. Namun, kali ini ada yang lain, aku tak seperti biasanya. Karena di setiap penghujung tahun, walaupun aku benci melewatinya, aku tetap bisa tersenyum senang. Karena, di penghujung tahun itu pula, aku akan membuat karakter ku yang baru. Ya baru. Bukan baru seperti yang orang katakan “Aku ingin jauh lebih baik dari tahun ini lho!” atau curahan hati seseorang kepada hatinya “Pokoknya tahun baru ini harus aku lewati dengan senang, tahun baru dengan hati yang baru” atau entah semacamnya lah. Bukan  yang baru seperti itu. Tapi karakterku yang baru.
Pukul 23.30. Artinya setengah jam lagi aku akan benar-benar memainkan perananku. Aku akan berakting lagi. Tetapi kali ini, aku bermain bukan sebagai seseorang. Namun diriku sendiri. Brilian bukan? Aku memainkan peranku sebagai diriku sendiri di kehidupanku. Sebentar lagi, beberapa menit lagi, di langit pasti akan banyak kembang api berwarna-warni cerah ceria yang akan menyambut diriku yang baru.
Pukul 23.50. “10 menit lagi” aku menggumam.
Pukul 23.59. Aku memejamkan mata sebelum benar-benar siap untuk melihat penyambutan atas diriku atau yang aku atas namakan untuk diriku. Sekelilingku mulai menghitung mundur dari tiga puluh. “Tiga puluh..dua puluh sembilan..dua puluh delapan..”. Tunggu pikiranku goyah, aku linglung, dalam pejaman mataku, aku ingin menagis, aku menyadari, aku lupa, aku tidak pernah menjadi diriku sendiri sebelumnya. Tapi kali ini ketakutanku tak bisa ku atasi sendiri. Aku mulai berpikir untuk merubah karakterku, kembali menjadi seseorang yang baru, tapi bukan diriku. Tapi hitungan mundur di sekelilingku sudah sampai hitungan kesepuluh. “Sepuluh..sembilan..delapan..”. Aku panik, bingung, kacau sekali pikiranku. Aku seperti tersesat, dada ku sesak. Aku seperti tak berpijak di bumi. Aku berharap bisa menghentikan waktu saat ini juga.
“Dimana suara orang-orang?” aku kembali menggumam. Aku tak berani bertanya dan membuka mata. Aku benar-benar tak mau hari ini ada, sungguh aku berharap aku tidak berada di sini. Berada di taman belakang rumahku yang selalu menjadi tempat berkumpul semua teman-temanku. Karena dari sini, kami bisa melihat indahnya langit Jakarta pada saat tahun baru. Bahkan ini hanya 60 detik, dan aku merasa lama sekali. “Mana mereka ?” aku kembali bergumam dan kali ini aku mencoba memberanikan diri untuk membuka sebelah mataku. Mengintip. Dan ketika ku buka kedua mataku memastikan semua ada di sana, aku melihat kembang api yang sudah mulai menyala.
“Indah sekali!” aku berbisik. Tapi kali ini keindahannya berbeda. Perlahan-lahan keindahannya mulai menghilang. Pudar dan langit pun kembali sepi. Aku bisa mendengar tawa semua teman-temanku. Tapi dimana rasa gembiraku. Aku sudah memututuskan untuk menjadi diruku sendiri, bukan? Tapi aku tak merasakannya. Atau memang inikah sebenarnya diriku? Inikah karakterku? Karakter yang tidak pernah aku mainkan. Karakter yang belum aku tahu sama sekali. Entah mengapa aku seperti kehilangan cahaya. Bahkan inilah diriku, aku memulai tahun baru ini dengan diriku sesungguhnya dan aku malah merasa kehilangan cahaya?. Untuk menutup malam ini, yang bisa kulakukan hanya diam dan memberikan senyuman simpul kepada teman-temanku. Karena aku tahu, nantinya mereka semua akan sangat merindukan diriku yang sebelumnya. Bukan diriku yang ini, tapi sebelumnya. Dan yang aku tahu, tahun ini akan terasa sangat sulit, karena aku belum pernah merasakan menjadi diriku sendiri, sebelumnya.


"Happy New Year!!!"

...

Friday, August 20, 2010

It's show time!

Hmm hmm hmm hmm dan gw ga tau mau cerita apa sekarang, sebenernya banyak yang pengen gw tulis, tapi kondisi hati dan pikiran gw belum terlalu mengizinkan. Anyway, sebenernya gw mau nulis cerita lanjutan dari post gw yang sebelumnya. Tapi, berhubung udah so last year, udah lewat 2 mingguan, basi bener kan ya, yaudah jadinya gw mau cerita yang lain. Cerita apa yaaaa ? Cerita tentang kegiatan gw waktu 'final day' aja deh. Karena training radio gw udah satu bulan, means that all of us must have destination and its called 'final day'. nah, di final day ini kita masing-masing siaran perdana (tapiiiiiiiiiiiiiii untuk some of us, ini adalah siaran kedua hahahaha, you know why). Training 22. Itu nama angkatan gw karena kita adalah kelompok yang ke-22 di radio. Ada 16 orang yang bakalan ikutan final day. Siaran di mulai dari jam 12 a.m- 8 a.m tanggal 15 Agustus 2010 kemaren. masing-masing dapet waktu 30 menit. Dan gw kebagian yang jam 12.30 a.m siapa coba yang mau dengerin ckck. Tapi, kayanya emang itu tujuannya, biar kalo gagal atau pun ancur, ga ketauan, atau setidaknya nggak banyak yang dengerin kan.

Semua berjalan seperti biasa, lancar-lancar aja, paling kerjaan kaka kaka radio nya yang ngisengin, matiin lampu lah, ngegerecokin lah, ngutak-ngatik mixer dan lain-lain. Cape nggak ? Bangeeeeeeettt. Ini disebabkan oleh bahwa sahnya, nggak ada tempat tidur atau pun selembar tiker pun, jadi ya mau tak mau nggak tidur, bahkan beberapa temen gw pada tidur di tangga. Dan pada akhirnya, gw ketiduran di meja, sampe sekitar jam 7a.m gw bangun. Dan tahukah kalian apa yang gw dapatkan setelah gw bangun. Yaaa salah satu anak radio, Hiko namanya, akrabnya di sapa ka Hiko, karena dia emang lebih tua satu tahunan lah, dia anak UI, jurusan nggak tau, selengean, ga jelas, konyol, gokil dan gw masih heran kenapa dia bisa jadi anak UI. Nggak percaya kebodohannya. Here it is, I will tell you!

Gw buka mata, dengan masih setengah bangun, terjaga, pegel, cape, ngantuk. Dan orang pertama yang gw lihat, ya ka Hiko. Nyengir ga jelas, kurus, ceking, untung dia punya lesung di pipi nya. Jadi, kalo senyum masih ada manis nya deh (dikit). Okeee after that, dia langsung ngajakin gw taruhan. Gini nih taruhannya "Yang kalah ngajak mas-mas itu ngomong yaa!". Dan gw menjawab "Ogah ah!". Karena hasutannya yang kurang ajar itu, akhirnya gw nerima, kalo di pikir-pikir daripada bete juga masih nungguin sejam lagi. "Oke!". Akhirnya kita gambreng, kenapa gambreng ? karena gw jadinya bertiga, sama si Reksa juga ikutan. Ets, bentar jangan anggap remeh dulu taruhannya. Karena mas-mas yang notabene di jadiin taruhan ini, adalah orang yang harusnya gw ceritain sebagai lanjutan post gw sebelumnya. Orang nya ga jelas, serem, freak, udah nggak muda lagi, gondrong, dia bilang dia mau jadi penyiar, tapi setiap di suruh ngisi formulir ga mau, ntar kalo di suruh nunggu kaka radio nya, dia bilang mau pulang, eh ga tau nya di masih nungguin, duduk di pojok, ah nggak banget pokoknya. Dan bukan cuma gw yang menyadari itu, semuanya juga kok, jadi layak di pastikan kalo mas-mas ini emang pantas di cap 'aneh'. Ya karena emang aneh.

Akhirnya kita gambreng. Deg deg deg deg. Sumpah gw beneran deg deg an, takut kalah, terus ngajak ngomong tuh orang, ngeri di apa-apain deh gw. "Hom pim pa ala ium gam breeeeng!". Yaaaa dan yang keluar pertama menjadi pekalah (kan lawannya pemenang, jadi pekalah). Dan itu adalaaaaah "Mampus lo kaa !hahahahaha lo yang ngajak, lo yang kalah, selamat yaaa!". Ka Hiko kalah. Seneng gw hahahaha. Dan kurang lebih seperti inilah obrol taruhan antara ka Hiko dan mas-mas aneh itu:

Latar belakang: Pagi-pagi, di depan studio radio, banyak orang yang cekakak cekikikan ngeliatin dan ada dua orang tokoh utama.

H: Ehm, darimana mas ?
M: Dari Ciomas (sambil senyum-senyum cengengesan, bayangin udah bukan bocah lagi, tapi masih cengengesan, gimana ga ilfil)
H: Mau ngapain mas ?mau jadi penyiar ?(muka nyebelin, sambil nyalain rokok)
M: Iya, ini mau jadi penyiar, mas nya penyiar ? (sambil benerin rambut yang gondrong)
H: Oh bukan, belom jadi penyiar. Pagi amat datengnya, kan masih lama pertemuannya ?
M: Oh, iya ini hehe hehe hehe (OMG, makin bikin ilfil). Mas, nggak puasa ?
H: Ha puasa ? emang udah imsak ya ? wah kirain udah maghrib (muka konyol, actually, ini emang skenario buat ngomong kaya gitu, karena emang itu udah jam setengah 8 pagi)
M: Oh hehe hehe hehe (sambil benerin rambut yang gondrong)
H: Ngerokok nggak mas?
M: Nggak, puasa mas (lagian, si ka Hiko oon, pake di tawarin)
H: Oh, yaudah ya mas
M: Oh iya iya hehe hehe hehe (sambil benerin rambut yang gondrong)

Yaa dan itu cukup membuat semua ngakak. Ya ampun bulan puasa lhooo, ngerjain orang. Dan cukup sekian cerita gw untuk kali ini. Sebenernya gw libur seminggu, tapi baru bisa balik ke Jakarta kemaren Rabu. Dikarenakan, gw mesti upacara 17 Agustus, sebagai salah satu acara ospek dan wajib, dan puasa, dan panas, dan pegel, dan puyeng, dan ribet, dan lain-lain. Dan seperti inilah kostum saat upacara 17 Agustus 2010 kemarin.


Dan setelah, tidak berjumpa dengan temen-temen gw, alhasil ini lah yang kami lakukan, untuk melepas rindu. We met on skype!

...

And for someone:
"You are the stupidest thing that I've ever had in my life!"

Friday, August 6, 2010

I Love to Repeat this Moment, May I ?

Dan mulai sekarang, semenjak gw di Bogor, gw bakal up date blog gw cuma setiap gw lagi ada di Jakarta aja deh. Padahal gw punya banyaaaaaaaaaak banget cerita tentang hidup gw yang sekarang. Yang setiap hari penuh dengan tawa (ini beneran lhoooo!). Gw ngerasa happy banget punya temen banyak di sana. Punya banyak ceng-ceng an baru yang pastinya bikin hari-hari gw nggak ngebosenin. (See! like what I've said).
Now back to the destination why I wanna write on this post. Iyaaaaaa gw mau cerita tentang kejadian bodoh gw dan teman-teman radio gw dan gw rasa ini nggak bakal pernah terlupa buat gw dan juga temen-temen gw yang ada di tempat kejadian. Oke kita mulai saja.

Seperti biasa pada hari Kamis, gw ada kelas jam 10 sampe jam 12. Dan seperti biasanya pula, gw akan ngantuk dan mulai ketiduran di kelas. Dan untuk membuat mata gw tetep on fire, akhirnya gw ngeluarin buku radio gw, yang isinya hampir semuanya script buat recording. Bentar-bentar biar gw jelasin dulu, buku radio itu bukan buku bentuknya radio ya, nah kalo recording itu maksudnya, dalam masa training ini nih kita latihan siaran nya pake rekaman dulu, gitu. Back to topic. Semuanya fine-fine aja, gw bikin script seadanya dan nyatet yang ada di papan tulis, abis itu bikin script lagi, nyatet lagi dan begitu seterusnya. Satu hal yang pasti, gw nggak ngantuk. Biasanya sih kalo gw ngantuk, gw bakal bilang ke temen gw "Nan, Nan, ngobrol yuuuu". Tapi sayangnya pelajarannya terlalu susah, jadi gw selalu di kasih tangan sama dia, masa gw ngomong sama tangan kan nggak lucu. Yaudah deh makanya gw cari kegiatan lain(bukannya dengerin dosen ya). Masalahnya entah kenapa gw selalu ngantuk kalo dengerin dosen ngoceh. Tapi ajaibnya, gw selalu fresh 5 menit sebelum jam kuliah usai. Keren kan.

Semua berjalan seperti biasa, abis kelar kuliah, gw balik ke asrama bareng Anan sama Lisa. Gini gini, Anan sama Lisa itu temen sekelas gw. Anan asalnya sama kaya gw, dari Jakarta, anaknya pinter tapi oon (bisa di bayangkan?). Nah kalo Lisa dari Cirebon, suka ngomong sama nyanyi ga jelas tapi dia baik hati. Well yeah singkat cerita, mereka berdua adalah dua orang pertama yang kenalan sama gw waktu hari pertama kuliah. Dan mereka positif cocok banget buat ngobrol sama gw. Ehem tadi sampe mana ? Oiya, sampe akhirnya gw pulang ke asrama. Jadi planning hari itu adalah gw kuliah, terus rekaman ke radio. Gw janjian sama anak radio yang lain sekitar jam 1 lewatan. Dan seperti biasa, gw dateng ehem agak ngaret. Pas gw dateng, baru ada Citra sama Reksa. Nah dua orang ini juga anak Jakarta. Citra, cantik, punya suara yang khas dia banget dan metaaaaal abiiieeeeezzzzz. Sumpah bener-beneran metal lhooo! Reksa, ganteng? nggak ah, ribet, tapi gokil, bakal klop banget kalo kita berdua jadi partner pas siaran.

Pintu studio radio masih di kunci, menunggu dan menunggu, nggak ada yang kunjung datang. Finally, kita memutuskan untuk langsung masuk, kok bisa? yaa karena kita tau dimana kunci studio di taro biasanya. Semua nya baik-baik saja, gw rekaman, Citra sama Reksa bikin script. Nggak lama temen gw dateng juga, Yuli namanya, cantik, dari Palembang. Tapi, agak-agak misterius gimana gitu. Oke semuanya masih baik-baik saja. Setelah gw rekaman, gw mulai merasa bosan, don't know what to do. Akhirnya, Reksa ngajakin masuk ke studio siaran yang pada waktu itu emang ga ada yang siaran. Alhasil kita iseng deh make-make headphone, mixer, mic dan hal untuk siaran.

Pertama, gw sama Reksa jadi partner, karena rada bosen, akhirnya gw, Citra dan Colin pura-pura jadi guest star dan Reksa jadi penyiar. Colin, dari Jakarta, manis, Batak dan gokil. Kita ngobrolin banyak hal, dari mulai gw yang suaranya jazzy, Citra yang suaranya metal, Colin yang suaranya pop dan banyak banget lelucon yang kurang berkenan kita omongin. After that, gw sama Reksa berdua jadi partner juga, gantian Citra sendiri jadi guest star. Kita ngecengin banyak hal, yang bego, bodoh dan tolol. Dan Ancur!!! Kita ngomongin dari mulai temen gw yang suaranya agak mendesah gimana gitu kalo lagi rekaman siaran, pokoknya ga dia banget lah. Ngomongin salah satu penyanyi papan atas, yang pastinya kita sebut namanya, ngomongin buku seseorang yang kita asal-asalin penulis nya itu Reksa. Dan banyak banget hal nggak penting yang kita omongin selama setu jam an lah kira-kira.

Karena udah mulai bosen, Citra keluar ngambil handphone dan iseng dengerin radio. Gw sama Reksa masih cuap-cuap ngomongin orang dan ehem ngejelek-jelekin. Semua yang ada di otak kita berdua, kita jadiin lelucon yang asal jeplak lah pokoknya. Dan gw akui itu seruuuuuu banget. Sampai akhirnya dari depan pintu Citra bilang "Guys, On Air On Air !". Nggak percaya dong gw. Pertama, karena emang sebelumnya ga ada yang siaran, mana mungkin pemancar nya nyala. Kedua, kita kan ga make komputer nya, cuma mic, headphone sama mixer nya. Masih nggak percaya dan udah mulai panik gw sama reksa nge test lagi. Gw ngomong lagi di mic dan di dengerin yang lain di luar. "Woy On Air On Air!!!". Semua panik "Ah serius lho, serius ?". Colin ngetest pake handphone nya. Gw nyetel lagu dari HP dan gw deketin ke mic dan ternyata POSITIF gw On Air !!!!!!! Dengkul gw lemes, Reksa udah lemes, semuanya juga. Kita memutuskan untuk meninggalkan TKPB (Tempat Kejadian Penyiar Bego). Ya semua panik dan pada tereak-tereak "Woy jangan ada yang ketinggalan!" "Cepetan cepetan!" "Komputer semua matiin" "Eh kunci nya mana kuncii ????" "Aduh mana mana cepetan, itu tuh tas siapa ?" "Buruuaaaaaaaaaaan". Ya kurang lebih bisa di bayangkan bagaimana muka dan ekspresi kita semua yang ada di TKPB.

Akhirnya kita pergi meninggalkan TKPB. Tapi, kita pada ga tau harus pergi kemana. Masih bingung. Satu Bogor denger semuaaaaaaaaaa. OMG, can you imagine, guys! Selama perjalanan entah kemana, Reksa ngoceh mulu "Aduh gimana kalo ketauan, abis itu kita di keluarin dari training, terus kita ga bisa jadi penyiar, abis itu di DO, terus masuk penjara di laporin polisi. Gimanaaaa ?" Dan semua menjawab "Nggak segitunya juga kaleeeeeee". Oke pada akhirnya kita memutuskan untuk balik lagi ke TKPB setelah membeli makan. Kita juga memutuskan untuk bersama minta maaf, kalo kalo ternyata emang di denger sama kaka kakanya, dan yang lebih tragisnya di demo satu Bogor gara-gara jelek-jelekin artis idolanya (ga segitunya juga sih). Pas kita balik ternyata masih ada kejadian tragis yang mengerikan. Tapi untuk cerita ini akan gw sambung di post gw selanjutnya. Oke. Setelah mas-mas radio kita itu dateng (akhirnya datang juga) dia langsung jalan ke ruang pemancar sambil bilang "Aduh, pemancar belom di matiin lagi dari semalem". Jeng Jeng. Tau kan apa artinya, artinya emang beneran tadi itu kita On Air!!!!.

Sekitar jam 8 malem an, kita masih ada di studio rekaman. Dan kita udah mulai tenang kali ini. Eh tiba-tiba Reksa bilang "Ada sms masuk, ada sms masuk sekitar jam 15.39 an, ada 3 sms". Dan sekitar jam segitu pula kita siaran On Air (tanpa sadar). Mau tau isi sms nya ? Gini nih "Anjriiiiiiiiiiiiiit, yang siaran jelek bangeeeeeettt" "Ancur bangeeeeeeeeeet ARRRGGGGGHHHH" "Jeblok banget yang siaraaaaan" dan itu cukup membuat semuanya yang tau pada shock. Oke akhirnya kita semua, yang tau, setuju buat tutup mulut dan berpura-pura nggak ada apa-apa.

Sampe tadi pagi gw bangun dan melakukan hal yang rutin, bawa baju kotor ke bicu (bibikcuci). Gw ketemu Nana, pengen cerita hal bego ini, dan komentarnya adalah "Oh pantesan katanya No name, lo siaran kemaren, dia ngotot banget itu suara lo" Dan gw tertunduk. Diam. Dan berkata "Na, tolong bilang, itu bukan gw ya , kalo kalo ada yang nanya" Dan gw balik ke kamar. Kejadian kedua terjadi pas gw lagi sarapan. Tiba-tiba temen gw lewat dan nanya "Eh Dil, kemaren lo siaran ya, uji coba ?" Dan gw tertunduk. Diam. Dan berkata "Nggak kok, mana bisa siaran". Upss, gw bohong. Mau gimana lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ?. Well yeah harus gw akui dan semua temen-temen gw akuin kalo ini bener-bener unforgettable banget. Kita semua setuju dan sepakat kalo hari Kamis, 5 Agustus 2010 itu hari yang panjang, seru dan tak terlupakan. Ets ets, tenang dulu, karena di post selanjutnya gw bakal ceritain, apa yang terjadi setelah kita pada balik abis beli makan tadi. Satu hal yang gw pelajari dari kejadian bodoh menegangkan itu "Be aware kids, you won't know what will happen with you after this!"

...