Sunday, November 25, 2012

Ini jawaban.

Tidak semua rasa harus diungkap, tidak semua perasaan harus dibalas, dan tidak semua kata harus dipangkas.
Mari kita anggap kita hanya pernah bertemu di satu waktu saat rasa tak tahu harus terhempas kemana.
Mari kita anggap kita bertemu dipersimpangan dan akan selalu tetap dipersimpangan yang berbeda, kamu ke arah utara, aku sebaliknya.
Mari kita anggap cita, rasa, ucapan, buaian, rayuan, cerita, canda, tawa, tangis dan semua duka ini hanyalah ada di sebuah alam yang kita sebut sebagai ruang imajinasi tanpa batas.
Aku dan kamu, kini di alam yang sama dengan dinding yang berbeda. Batas awan dan permukaan laut yang menjadi latarnya. Bisikan tawa canda yang menjadi alunannya. Aku dan kamu dalam diam tetap melihat satu bulan yang sama. Disana aku, disitu kamu. Kita dalam diam tenggelam angan dan impian yang mulai memudar. Itu kita dalam tenang, terbatas waktu, terhalang keterbatasan. Ya itu kita dalam malam, saling menggenggam tanpa tahu akhir dari sebuah percakapan hambar. Itu kita, ya itu kita bodoh! Terjebak dalam sebuah prosa kata-kata, terjebak masa lalu.
Ada perasaan sulit bernafas yang sama seperti yang pernah aku alami 3 tahun yang lalu saat rasa dan fakta tak sesuai dengan apa yang menerjang menghadang, saat perbedaan menjadi alasan utama keterbatasan, saat aku dan kamu menyerah dalam diam. Sekarang aku mengalaminya, lagi.

Kamu dengan yakin memilih? @fadilamh

Saturday, November 24, 2012

Meracau.

I like the way when we are staring each other in the eyes.
I love the way you share about every single thing of your stories.
Like right now, coke, ice cream, night, people, cigarette, you and me.

Hello stranger! We've just met about one month ago and I feel like I've already know you for 4 years. I know it's quite wrong, because I feel like that you're my somebody on my past. But, I knew what makes you different now, you is you and him still will be him. And I like the way you whisper and say that, aku sayang kamu! Yes I know kamu sayang aku, I know, hehe. Aku sayang kamu lebih hap!

Terimakasih untuk setiap waktu yang kamu luangkan hanya untuk menyapaku dan mencium keningku lama. Terimakasih untuk pujian-pujian yang kamu rangkai dalam lelucon dan ejekan bodohmu tentangku. Terimakasih untuk ada di setiap aku butuh dan selalu ada walau hanya untuk duduk dan saling menatap.
It's been along time I don't feel like afraid gonna lose someone. And yesterday I did. And I'm afraid that it's you.

Karena akan selalu ada rasa kehilangan dibalik perasaan ketergantungan yang berlebihan. Dan ku rasa aku harus segera berhenti, mungkin esok, hari ini atau nanti, siapa yang tahu?
Kalo ada orang yang bisa ku percaya dan itu kamu, ah bullshit! Anggap saja aku karma mu dan akan ku anggap kamu sebagai karma ku. Mudah! Kita bahkan tak tahu akan dibawa kemana. Ah sudahlah! Ada seseorang diluar sana yang menunggumu dengan tulus dan menghadapiku dengan sabar. Jangan sia-siakan lagi orang baik itu. Aku menyerah! Menyerah untuk mempertahankan, seperti biasanya.

My mom told me not to talk to stranger when I was kid, but now I did. And all I got is just pain.
Because there always something missing when you're not here. But God knows, He didn't give us our wish at the beginning, cause He wants us to learn how to accept and forgive in peace. You know, it's hurting, but fight to ignore the fact is more hurting and realizing it, is more than our reach, sometimes. But God also knows that what He gave is something that we can finish up, stupid! Don't worry, you can't get me, doesn't mean that you are the loser. You still always win in someone heart, but not this time, not this story, and not with me. Aku mundur. Maaf.

Itu bodoh ketika kamu bilang kamu mau menunggu. Itu bodoh ketika kamu bilang kamu tidak ingin meninggalkan. Bukan kah kamu orang yang bilang tidak mempertahankan sama dengan tidak sayang diri sendiri? Tapi kalau mempertahankan juga untuk menyakiti diri sendiri, buat apa? Hahaha kalo gue baca ulang tulisan gue barusan. Kaya sinetron tau nggak, lebai! Tapi iya bener, sekarang ini gue masih ngerasa secure, lo masih mau bertahan dan bilang semua perasaan lo yang ada sekarang ke gue. Tapi satu waktu ketika lo mulai perlahan mundur, karena jenuh sama ketidakpastian, satu waktu itu pula yang akan menyadarkan ku kalau mungkin pilihanku jatuh di kamu atau pun tidak pernah sama sekali.

Karena perasaan tak bisa diubah hanya membiarkannya dalam tenang. Menikmati, tapi bukan mengkhianati. Meyakini, tapi bukan mengakhiri. Ada rasa hilang, pasti. Tapi harus ada yang pergi. Kalau bukan kamu, maka aku yang harus pergi. Cinta itu memberi, bukan meminta. Cinta itu memahami, bukan mengamani. Cinta itu menunggu, menunggu sesuatu yang pasti. Bukan menunggu hati yang tak mau ditunggu.

Ah! Waktu itu berharga. Kadang ku diam kemudian memikirkan. Tenang, sekarang aku sedang mencari kesibukan, mengalihkan asa, rasa, pikiran serta angan. Ah! Perlahan kau akan paham. Dan pada satu waktu ketika kamu temukan orang yang benar-benar kamu cari, percayalah kamu akan berkata, Tuhan benar, bahwa bukan kamu orang yang kucari, sambil tersenyum menghanyutkan kemudian pergi menghilang. Santai, tenang, ada waktunya.

Kamu tahu, ada banyak hal yang kamu belum tahu tentang aku, aku suka berbagi cerita dalam rangkaian kata. Jangan heran kalau aku bercerita semuanya. Dari hulu ke hilir. Dari awal hingga akhir. Tapi ada satu hal yang perlu kamu tahu. Aku penulis, terkadang lebih sering menuangkan apa yang aku pikirkan dibandingkan apa yang aku rasakan.

Karena hati ku terlalu kecil untuk dibagi. Jadi biarkan aku berbagi pada diriku sendiri dan seseorang di sana yang nanti mau membagi hatinya untuk ku. Sekarang kamu yakin sudah mengenal ku?

Meracau untuk siapa? @fadilamh

Thursday, November 15, 2012

Siapa tahu.

Terkadang seorang penulis lebih sering menuliskan pemikirannya dibandingkan mengungkapkan perasaannya. Jadi apa yang kamu baca dan kamu pikirkan, itu tidak semua dirangkai berdasarkan rasa. Mungkin fakta iya, tapi rasa? Siapa yang tahu.

With love, @fadilamh

Friday, November 9, 2012

Buat apa.

Kita saling memberi kabar, saling mengetahui. Tapi buat apa?
Kita saling berkicau, berbagi cerita dengan ketikan. Tapi buat apa?
Kita saling bermimpi, memimpikan satu sama lain. Lagi lagi tapi, tapi buat apa?

With love, @fadilamh