Saturday, June 8, 2013

Selamat Ulang Tahun Yowan, 21th.

Selamat ulang tahun abang Yowansss!!!
(Courtesy: Ridhat's instagram.)
Happy 21st!
(Courtesy: Yowan's instagram.)
-@fadilamh

Pemikiran.

Pernah nggak lo buka mata di suatu pagi kemudian lo ragu dengan apa yang pernah lo yakini selama ini? Dan lo yakin sama satu hal lain di luar sana yang lo tau itu salah tapi ya lo cuma yakin.

Suatu pagi dengan pemikiran sendiri. -@fadilamh

Pemikiran.

Pernah takut ngambil keputusan nggak ndut? Pernah lah. Terus? Yaudah diambil, hidup nih ya jangan diambil ribet, kalo seneng ya senyum, kalo sedih ya ketawa. Terus? Ya ketawa lagi. Abis itu? Ketawa aja lagi. Hasilnya? Ya nggak ada sih, setidaknya menutupi lemah, menunjukkan kuatmu. Dulu gue gitu, tapi sekarang nggak. Kenapa nggak? Ya iya, dulu mana sempet tuh gue ada cerita pake sedih-sedihan segala, di depan sahabat sekali pun, nggak pake nangis juga kelar kok masalahnya. Lah sekarang udah pake tambahan air mata pun, gue masih takut ngambil keputusan, beres nggak, runyam iya.

Hanya bertukar pemikiran dengan seseorang yang ku panggil Gendut. -@fadilamh

Pemikiran.

Kamu pernah merasa tidak dipertahankan? Menyadari satu hal dari sekian lama, kalau iya kamu tidak pernah benar-benar diperjuangkan. Kamu memang bukan batu loncatan. Hanya saja sandaran untuk sekedar ada. Iya sekedar ada.
Kamu pernah merasa terlalu banyak berjuang? Meneliti keadaan dan tahu ya kamu terlalu banyak berkata maaf. Lebih sering mengalah dari biasanya. Mencoba hal lain yang tak seperti kamu biasanya agar keadaan tetap baik-baik saja seperti biasanya. Bertahan untuk tidak mengeluh dan tetap bertahan.
Tapi pernah kamu berpikir bahwa kamu ini juga manusia, banyak keinginannya dan dipersilahkan untuk mengeluh. Tapi berhenti dulu di situ. Kamu pernah berpikir akan sampai kapan terus bertahan untuk merasa tidak dipertahankan? Kamu manusia, akan selalu ada masanya. Mungkin setelah ini, kamu ingin berhenti.
Hanya suatu pemikiran yang bergelut dengan pemikiran lainnya di suatu pemikiran. -@fadilamh

Obrolan.

"Gue takut bego" kataku miris. "Kenapa takut bego?" suara diujung sana kembali membuat air mataku mmengalir. "Tuh kan! Gue kan udah bilang nggak suka dari dulu ditanyain kenapa" timpalku disela tangis. "Ya kamu udahan dong nangisnya, aku kan bingung jadinya. Kamu kenapa kamu kenapa kamu kenapa?" ledekan sederhana membuat aku tersenyum. "Iya ngerasa bego aja, ngerasa ngebegoin orang, ngerasaa dibegoin, ngerasa ngebegoin diri sendiri" aku menjawab. "Dil, orang ngerasa kayak gitu ada alasannya" tanggapnya. "Iya iya...." kembali cerita dilematis percintaan yang kulewati didengarnya. Kamu selalu menjadi tempat sampah terbaik yang aku punya. Kamu selalu bisa membuat aku nyaman. Kamu memang tidak selalu menyelesaikan masalahku, tapi setidaknya kamu ada, mendengar, membuat aku merasa dimengerti. Ah dimengerti, sulit diungkapkan terkait dengan hal itu. Bahkan dirimu sendiri pun sulit mengerti apa yang kamu mau, bukan? Aku masih menangis tersedu. "Kamu kenapa sih love life-nya ribet tau nggak, penuh dilema" komentarmu santai. "Ya siapa sih yang mau punya cerita penuh dilema mbem" aku kembali diam.

Obrolan bodoh dengan seorang teman yang pernah menjadi sahabat hati di suatu masa. -@fadilamh

Ikatan.

Semacam ikatan batin memang. Semalam aku menangis merasakan kembali sakit karena cinta, malam berikutnya kamu menghubungiku. Mencoba menghiburku, sekedar bertanya kabarku, bertukar cerita, kemudian kamu menghilang. Di malam setelahnya, kembali aku dihubungi, bukan dengan kamu, kamu yang lain, kamu menanyakan kapan aku ke Jakarta, kamu tidak banyak kata. Tapi aku tahu, kamu rindu dan khawatir, ah padahal aku sudah mulai baik-baik saja. Setelah malam itu, kamu juga menghilang. Hai kamu, kamu yang beberapa malam lalu membuat aku merasakan kembali sakit karena cinta! Sudah cukup, jangan ada lagi lain kali ya. Aku hanya tak ingin terusik kemudian tergoda dengan kamu-kamu yang lain, yang entah bagaimana bisa seketika hadir. Jangan lagi ya.

Tak seperti diharapkan. Ya memang, hanya merasa bersyukur untuk apapun yang terjadi. Terimakasih untuk kamu-kamu-kamu yang menjadi kalian kelak. -@fadilamh

Aku.

Karena menunggu sesuatu yang tak pasti itu, aku benci. -@fadilamh

Hilang.

Kita saling menggenggam, masih saling bertautan tak pernah mau melepaskan. Ada rasa hampa ketika harus menjauhi jiwa. Ada jiwa lepas ketika sadari bahwa kita itu tidak pernah ada. Iya, aku terbangun dan kamu sudah tak ada. Kembali hilang seperti biasanya.
-@fadilamh

Miris.

Kamu menghubungi saya lagi malam ini, setelah lama tak mendengar suaramu, itu indah. Saya hanya bisa tersenyum. Kamu bilang, kamu sedang berada di wilayah yang sama seperti tempat tinggal saya sekarang, Kota Hujan. Kembali saya hanya bisa tersenyum, miris. "Saya sedang tak di sana, saya di Ibukota" ibukota, tempat kami pertama kali berjumpa, saling menatap dan melemparkan senyum. "Ah! Kita memang tidak jodoh ya" memang, seraya membatin. Saya tidak kembali tersenyum, tawa saya pecah, "Ah kita ini memang tidak jodoh untuk hal-hal seperti ini ya" - itu kamu dan saya dari jauh.

Dari folder notes di ponsel pintar ketika itu -@fadilamh