Thursday, September 19, 2013

Ego.

Berhenti ketikan ku di sebuah paragraf yang mari kita perhatikan baik-baik. Apakah ada yang bisa mengartikan ceritanya? Membaca apa akhirnya? Kemudian mau dibawa kemana derita kisahnya? Ah. Bahkan aku hanya tak tahu. Kosong. Perjalanan menuju Semarang tak terlalu menggairahkan. Hanya pergi kemudian berbincang dengan waktu. Setelahnya terhenti, pulas dalam keheningan malam perjalanan kereta ekonomi Tawang Jaya. Berputar Absolutely Zero-Jason Mraz, ada yang dirindukan, ada. Siapa entah siapa. Rasanya ingat kembali, tak tersenyum untuk siapa pun yang memberikan senyum. Tapi aku tetap tersenyum. Ah, masalah klasik selalu terjadi. Bagaimana kalau kita sebut ego? Tapi ya memang tidak seperti ego. Ego pada siapa? Diri sendiri? Atau ego merusak hati orang lain masih lebih tinggi dari sekedar memperjuangkan hati orang yang tak pernah melihat berbalik? Ingin jungkir balik rasanya. Sudah aku berhenti. Sakit.

-Jakarta-Semarang kala malam. @fadilamh

Luka.

Kamu terluka, iya kamu terluka. Aku tahu. Tapi ada yang jauh lebih terluka melihat mu terluka, iya jauh lebih terluka. Dan itu aku.

Persiapan menuju Semarang malam ini. -@fadilamh