Sunday, July 17, 2011

Flat -____-"

Besok gue balik ke Bogor. Entah harus bilang senang, bahagia, biasa aja atau datar? Well, jawabannya ada di pilihan terakhir, datar. Akhir-akhir ini gue lagi sulit memprediksi apa yang gue rasain. Terdengar konyol memang, apalagi ditambah kenyataan bahwa gue sendirilah yang mengalami semuanya (re: mau tak mau seharusnya gue bisa paham apa yang terjadi sama gue). Tapi hidup gue bener-bener super duper datar beberapa waktu ini. Ngga tau kenapa. Mm.. mungkin karena kegiatan gue yang monoton. Atau mungkin gue jarang ketemu orang yang berbeda, ya selain keluarga dan beberapa temen-temen gue yang rajin banget nyamperin gue dan ngajak jalan. Oh atau mungkin juga otak gue udah agak bermasalah karena kebanyakan tidur. Daaaaaan sejuta kemungkinan lainnya yang bisa gue buat. Oke intinya besok gue ke Bogor dan semoga punya suasana baru. Amin. Terimakasih.

Regards,

FMH
...

Monday, July 11, 2011

I have to realize

If life is all about the willingness and opportunity, so now the time to resolve and not waste the opportunity. You did, so did I. It called 'make a decision'.
Someone said to me, "Forgetting someone is hard, but replacing someone is as easy as you trying to love him"

Regards,

FMH
...

Friday, July 8, 2011

Sekarang, aku mengerti.

Sekarang aku mengerti kenapa cuma waktu sama kamu yang aku nggak bisa lupa. Sekarang aku tahu  kenapa kalo aku rindu seseorang, seseorang itu pasti kamu. Sekarang aku paham kenapa kamu selalu aja ada di mimpi, walaupun sekarang kamu udah bukan sama aku. Iya aku mengerti sekarang.
Karena kamu satu-satunya yang bisa buat aku menangis. Karena kamu satu-satunya yang bisa buat aku tertawa. Karena kamu satu-satunya yang bisa buat aku jengkel. Karena kamu satu-satunya yang suaranya selalu ingin kudengar. Karena kamu satu-satunya yang pelukannya selalu aku damba. Karena kamu satu-satunya yang aroma tubuhnya selalu aku rindu. Karena kamu satu-satunya yang membuat aku meneteskan air mata, bahkan ketika seharusnya aku tertawa bahagia. Karena kamu satu-satunya yang cemburu hanya karena sebatas sms dari orang lain. Karena kamu satu-satunya yang marah akibat kesibukan organisasiku. Karena kamu satu-satunya yang rela bangun pagi untuk menjemputku setiap hari dengan jarak tempuh yang jauh, hanya karena ingin tiba di sekolah bersama. Karena kamu satu-satunya yang selalu aku nanti kehadirannya ketika liburan telah usai.
Karena kamu satu-satunya yang setia terguyur derasnya hujan malam itu, bahkan ketika aku menolakmu. Karena kamu satu-satunya yang mau bolak-balik Jakarta-Bogor untuk menjemputku. Karena kamu satu-satunya yang pernah meneteskan air matamu didepanku, hanya untuk bertanya ‘mau dibawa kemana hubungan kita?’. Karena kamu satu-satunya yang selalu bisa aku andalkan. Karena kamu satu-satunya yang bertahan lama dengan semua sifatku yang menyebalkan. Karena kamu satu-satunya yang menyuruhku memelukmu ketika di motor. Karena kamu satu-satunya yang marah ketika bukan kamu yang mengantarkan aku pulang ke rumah, tapi orang lain. Karena kamu satu-satunya yang memberikan aku keyakinan untuk tetap di Bogor dan tidak secepatnya ke Jakarta, karena saat itu aku benci kamu. Karena kamu satu-satunya yang memberikan aku alasan untuk semangat masuk ke kelas. Karena kamu satu-satunya yang memberikan aku alasan untuk tak mau masuk sekolah, ketika kita putus.
Karena kamu satu-satunya yang membuat aku menangis ketika kamu sedang dekat dengan wanita lain. Karena kamu satu-satunya yang pernah menembakku hampir setiap hari setelah kita putus sebelumnya. Karena kamu satu-satunya yang cemburu, bahkan dengan teman dekatmu sendiri. Karena kamu satu-satunya yang membuatku sulit bernapas ketika aku membaca statusmu dengan tanggal jadianmu, bukan denganku, tapi orang lain. Ya, karena kamu satu-satunya yang bisa membuatku menulis semua alasan ini.
Karena kamu cuma satu, seperti kata Naif. Dan tak ada dua. Aku sudah belajar melupakanmu. Belajar meninggalkanmu dan tak menoleh ke belakang. Tapi nyatanya, aku gagal. Aku belum bisa belajar untuk berhenti menyayangimu. Aku belum bisa belajar untuk tidak membandingkan yang lain denganmu. Aku belum bisa belajar menjalani hari-hariku tanpa kamu. Aku belum bisa. Belajar untuk tak bersama kamu, sulit. Aku sudah membuang kertas file yang sebelumnya ku bilang tak akan ku buang, tapi percuma. Aku sudah menghapus foto-foto kita, tapi kenyataannya aku tetap mencarinya di jejaring sosial. Aku mencoba untuk tak mencari tahu tentangmu, tapi selalu ada akses untuk tahu tentang kamu. Selalu saja. Aku rindu kamu.

Regards,

FMH
...