'Ada apa?' Itu balasan yang tertera di ponsel layar putih kecil, ponsel tipe lama. Semalaman aku berangan, berpikir, bertanya, kemudian mencoba menyimpulkan. Mengingat kembali setiap titiknya, kembali memainkan memori, hanya takut ada yang terlewat, tak teringat, hati-hati ku susun puingnya, memori. Tak ada yang salah, tak ada yang terlewat, tak ada yang tertinggal. Karena sekarang yang ada dan tercipta adalah aku yang tertinggal, tak tahu salah dan tak mengerti apa yang terlewat. Rasanya sesak, sulit bernapas. Entah akibat dari kepulan asap dari benda disisipan jemariku ataukah memang begini rasanya sulit bernapas, entah karena apa. Aku memejamkan mata, mencoba untuk mengosongkan pikiran, memberi jeda pada memori dan membiarkan banyak hal untuk tahu dan menyadari satu hal, aku sekarang berada di titik ini. Di titik yang pernah aku buat untuk seseorang rasakan. Titik yang disebut ditinggalkan. Ah percayalah, aku tak selemah dan sesakit yang aku tuliskan. Percayalah, aku hanya sedang melewatinya sesaat. Percayalah, aku mungkin tidak benar-benar mengalaminya. Percayalah, aku selalu begitu. Tapi aku bukan peramal. Aku bukan madam Sahara. Aku bukan cenayang. Aku tidak pernah tahu apa yang kali ini sama seperti biasanya? Ataukah yang kali ini bisa aku sebut kamu, Karma? :)
-@fadilamh
No comments:
Post a Comment