Terkadang meninggalkan sesuatu tak selesai menjadi penyesalan, tapi kembali untuk mengulang dan memperbaiki bisa jadi bukan jalan.
Kalau ketika aku berjalan ke tempat-tempat yang pernah kita kunjungi, aku masih mengingatmu, bagaimana aku bisa melupakanmu?
Lalu, kalau ketika aku terpejam jauh dari hal-hal tentangmu, aku masih tetap mengingatmu, apakah aku benar-benar bisa melupakanmu?
Hari ini kunjungan entah ke sekian ku ke Yogyakarta, semacam fieldtrip mata kuliah. Rasanya aku ingin menolak dan hanya menghabiskan akhir pekan ku di kamar dengan buku bacaan baru atau sekedar dvd drama korea marathon, sudah lebih dari cukup. Tapi sayangnya kunjungan ini pun tak bisa aku hindari. Ah sialnya sial kamu serasa selalu ada mengikuti kemana pun aku berada.
Study tour Bali-Jogja lima tahun lalu. Kita saling menggenggam tangan di pinggir pantai Kuta, saling bertukar sapa dengan video cam dan tentunya bertukar tawa. Kemudian jalan Malioboro saat itu terasa padat, ada dua hal yang kita berdua janjikan bersama. Pertama, membeli gelang dengan ukiran nama kita, aku dengan namamu, kamu dengan namaku. Ukuran gelang yang kita beli jelas berbeda, rasanya tukang gelang harus memotong sekitar 4 atau 5 besi untuk gelang ukuran ku. Kedua, membeli baju Dagadu yang sama. Kita keliling Mall Malioboro karena mau membeli baju Dagadu yang asli. Dapat! Baju berwarna hitam bertuliskan United Ngayogyakarta dan ukuran yang juga sama jauh berbedanya, aku S, kamu XL. Senang sekali hari itu, sungguh, aku senang sekali.
Hari ini, aku memang tidak ke Bali. Tapi kembali ke Jogja untuk mengunjungi tempat-tempat yang sama kita kunjungi, sungguh benar-benar mengingatkan aku padamu. Candi Prambanan dan sekitarnya, mengingatkan aku untuk terus tak melepaskan genggamanmu karena saat itu aku hampir tersesat. Jalan-jalan di Malioboro mengingatkan aku bagaimana sulitnya kita menemukan tukang gelang yang sesuai dengan seleramu. Hari ini aku memakai baju hitam dengan tulisan United Ngayogyakarta. Bagaimana mungkin aku tidak mengingatmu? Alun-alun Kidul dengan dua pohon beringin, mengingatkan ku dengan becak yang kau sewa dari tukangnya dan coba kau kayuh untuk membawa ku keliling di sekitar alun-alun.
Hari ini aku ingat untuk tidak melepaskan genggamanku di Candi Prambanan dan sekitarnya. Aku ingat betul, aku tetap menggenggam tangannya, tapi bukan lagi tanganmu. Jalan-jalan di Malioboro tetap sama, hanya kali itu aku tidak berjalan bersamamu mencari tukang gelang yang pas, aku hanya berjalan-jalan untuk menemukan tempat makan, karena temanku sudah terlalu lapar. Temanku membelikan aku gelang setelah kami makan. Dia tahu akan susah mencari ukuranku, jadi dia memutuskan untuk membeli gelang rajutan tali, lebih mudah ditemukan katanya. Setelah itu, dia mengajakku untuk membeli baju Dagadu di Mall Malioboro, tapi aku bilang aku sudah punya cukup banyak baju dari Jogja. Dia memaksa, akhirnya kami membeli baju putih dengan tulisan Orang Jogja, bedanya kali ini ukuran ku S dan dia L, badannya lebih kurus darimu. Hari ini pula di alun-alun Kidul, aku tidak diantar keliling dengan becak yang kamu kayuh, hanya duduk manis dengan lengannya di pundak ku.
Berbeda dengan lima tahun lalu, hari ini aku berada dalam perjalanan pulang menuju Bogor, bukan Jakarta. Apa pun bisa terjadi. Seperti ketika hati ini mantap untuk pergi dan tak kembali kepada mu. Seperti ketika aku lebih mantap mengangguk dan menjawab iya untuk lelaki ku kini. Apa pun bisa terjadi. Bahkan di saat aku merasa sudah mantap, aku masih mengingatmu. Ah sudahlah. Seseorang tertidur lelap duduk di sampingku sekarang, sepertinya dia sangat lelah. Perjalanan dengan bus ini masih harus menempuh sekitar 5 jam lagi. Sebaiknya aku juga tertidur, sebelum seseorang di sampingku terbangun dan bertanya apa yang sedang ku tulis.
Aku membaca ulang apa yang aku tulis dan tersenyum. Kau tahu beberapa hal indah untuk dikenang, tapi bukan untuk kembali diulang.
Tak lama kemudian kamu kembali menghubungiku dan menghilang, bukan? Tenang tentang pria yang berada di posisimu hanya fiktif belaka. Karena tetap kam tidak akan tergantikan.-@fadilamh
No comments:
Post a Comment