Hari ini kami bertemu kembali layaknya dua sahabat yang saling menyayangi. Galau? Tanyanya santai sambil menghembuskan kepulan asap dihadapanku. Nggak, jawabku tenang. Apa kabar Pak? Lanjutku. Sedikit baik, jawabnya datar, miris. Cerita kali bang. Abang, begitu biasa aku memanggilnya, sejak SMA, entah bagaimana kita bisa sedekat ini, menjadi sahabat, yang bahkan kenal lewat teman-temannya-temannya dia dan saya. Udah dari tanggal 12 lalu, pas kita anniv ke satu tahun dua bulan. Ehiya? Alasannya? Jenuh sepertinya, jawabnya datar. Air mukanya berubah. Wanita ini yang membuatnya tergila-gila atau memang dia saja yang menggila, batinku. Kayak gue doang yang berusaha buat terus berkorban sama hubungan gue sama dia, lanjutnya. Harus postitive thinking atuh abang! Jangan down cuma gara-gara sedih nggak punya pacar. Artinya Tuhan lagi membiarkan lo bebas mencari, menemukan kemudian mengizinkan lo dapet hal baru yang lebih seru dari sekedar pacaran terus patah hati. Udah patah hati jangan berlarut-larut, kayak gue dong, hilang satu, yaudah bukan jodoh berarti, candaku. Tergaris senyum di wajahnya. Iya sih, tapi nggak gini caranya, sakit. Wajahnya berangsur kembali muram.
Kembali mematikan puntung rokok dan membakar batang baru lainnya. Masih kuat aja ngerokoknya bang? Iya, bawaan lahir, candanya. Kalo lo udah ngerasa maksimal memperjuangin hubungan lo dan orang yang diperjuangin ya tetep give up, kesalahan bukan ada di lo lagi bang, timpaku. Percaya deh, nggak segampang itu ngelupain. Tapi ya segampang itu untuk mencoba mengalihkan pikirannya, nyataku. Baru tgl 12 kemarin kan udahannya? Wajar kok masih nyesek. Tapi kan gue cowok. Itupun yang mau sama gue kayaknya katarak kali matanya, nyatanya muram. Tawaku pecah, hahaha iya juga sih bang. Apa semua orang prioritasnya fisik dan materi yah? Tanyanya. Jodoh nggak ngeliat fisik bang. Materi sih mungkin, but for real, masih ada kok yg nggak ngeliat keduanya. All you need is believing. Gue masih susah ngelupain dia, timpanya, menghiraukan perkataanku. Gue kalo udah sayang sama orang gitu salah sih. Langsung jor joran. Apa sih yang nggak gue kasih ke dia, lanjutnya. Tapi emang gue nggak perhitungan, selama ini emang gue dikecewainnya sama mantan gue ya itu alasan fisik sama materi. Hahahaha, tawaku kembali pecah, dia menatapku kesal. Oke gini-gini, pikiran kita juga harus dibagi-bagi lagi, simplenya gini, kalo pas punya pacar, 50 persen pikiran buat dia, 50 persen buat lain-lain. Sekarang, lo nggak harus kudu wajib ngelupain dia kok, pelan-pelan aja, 50 persen yang untuk lain-lain ditingkatin jadi 70 persen misalnya, 30 persennya perlahan-lahan nanti di ganti sama kegiatan lo yang lain, skripsi misalnya. Masalah fisik materi, itu bukan masalahnya lo kok, itu masalah orang yg nggak mau sama lo gara-gara itu. Toh lo nggak kenapa-kenapa kan selama ini, ya sakit hatilah dikit, tapi abis itu? Lo bakal belajar yang namanya menerima. Pasti berhasil asal niat gitu? Ulangnya mencoba menyimpulkan. 100 buat Anda! Kalo ga ngerasain sakit pasti nggak ngerasain bahagia yah? 100 lagi buat Abang! Percakapan kami berakhir ketika melihat jam di restoran cepat saji itu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Ah. Fisik dan Materi. -@fadilamh
No comments:
Post a Comment