"Kamu kapan terakhir kali makan di sini?" tanyanya santai. "Hmm, lupa."
"Ih masa lupa sih? Nggak mungkin pas waktu farewell aku sebelum ke Germany kan?" tanyanya lagi dengan logat yang agak kebarat-baratan. "Eh nggak lah. Hahaha. Masa iya. Itu kan udah lama."
"Hahaha, iya sih masa iya. Eh kamu ke sini waktu itu sama siapa? Gebetan baru kamu ya? Atau jangan-jangan sekarang kamu udah punya pacar yaaaa? Ih ya ampun tuh kan. What kind of friend am I? Sampe lupa nanyain your love life." dia menaruh sendok dan garpunya perlahan, mengambil tisu dan mengelap bibirnya perlahan, anggun. "Kamu nggak berubah ya."
"Kamu tuh yang nggak berubah! Pasti dari dulu setiap ngomongin love life ngelengos ngomongin yang lain deh. Ayo dong, tell me more about that lucky girl!" dia mengedipkan sebelah matanya, kemudian lanjut menyeruput iced coffee di hadapannya. Aku gelagapan, bingung harus bercerita apa, yang mana, dan kacaunya lagi, siapa. "Ada kok, namanya hmm..."
"Siapa? Wait, jangan bilang masih suka sama Talitha ya?" potongnya. "Ah iya, Talitha, iya bener Talitha!"
"Like seriously? Jadi, sekarang lo jadian sama Talitha? Ah akhirnya ya, happy for you, Dim!" dia menjulurkan tangan kanannya menepuk bahuku pelan. "Eh bukan gitu, hmm.."
"Eh aku harus cepet-cepet nih, mau nemenin Bunda belanja, aku masih bakal stay sampe next month kok. Pokoknya harus datengin tempat-tempat yang biasa kita datengin kaya dulu ya! Bye, Dim!" dia berdiri, merapikan dress casual maroon yang dikenakannya, mendekat menghampiri ku dan mencium kedua pipi ku santai. "Iya, Nad. Hati-hati!" Aku hanya tak tahu bagaimana lagi harus mengarang cerita tentang aku, kehidupan ku dan di tambah lagi Talitha yang tak sengaja hadir dalam percakapan kami. Aku hanya entahlah, Nad, maaf, hanya saja, aku tak pernah bisa lupa untuk mengharapkan mu menjadi seorang ibu dari anak-anak ku nanti.
@fadilamh
No comments:
Post a Comment